Entah ini yang keberapa kali aku berkunjung ke Psikiater. Dan seperti yang sudah-sudah, dia selalu menanggapiku dengan sikap yang sama. Padahal sudah berkali-kali aku berterus terang kepadanya bahwa aku sangat kecewa dengan kelakuanku selama ini. Yang aku butuhkan adalah nasehat-nasehat yang jujur, suatu terapi untuk memulihkan jasmani terutama rohaniku. Tapi apa yang selalu dikatakannya!?...
“Bapak adalah orang baik-baik dan bapak harus meyakini hal itu. Bapak hanya butuh istirahat, bapak terlalu sibuk bekerja membaktikan diri untuk negara. Mestinya bapak lebih menjaga kesehatan bapak sendiri. Ingat tenaga dan pikiran bapak sangat dibutuhkan oleh negara dan rakyat Indonesia. Oleh karena itu jangan lupa beristirahat yang cukup, jauhkan diri dari stress dengan tidak bekerja terlalu berat dan minumlah obat penenang ini.
Perkataan dihiasi senyum palsu yang terlihat dipaksakan. Membuatku ingin membogem mulutnya dan meludahi mukanya. Namun tidak kulakukan karena ia terlanjur mengatakan bahwa aku orang baik-baik dan amat dibutuhkan oleh nusa dan bangsa.
Padahal aku segerakan waktuku sesudah makan siang untuk pergi dari kantor dan pergi menemuinya. Ya walaupun pulang sebelum sore adalah hal yang biasa untukku. Karena semua pekerjaan kecil telah aku wakilkan kepada para anak buahku. Pucuk pimpinan seperti aku ini hanya menangani hal yang penting-penting saja dan yang urgen-urgen saja.
“Selamat siang pak” itulah hal yang selalu diucapkan para bawahanku ketika mereka berpapasan denganku saat masuk kantor. Aneh memang... aku tak pernah mendengar salam “Selamat Pagi pak...”.
Beginilah rutinitasku sehari-hari, aku adalah orang yang sibuk, mempunyai banyak tanggungjawab yang bahkan aku tidak pernah memintanya. Tanggungan yang menungguku di berbagai tempat dan waktu. Urusan yang tak pernah selesai.
Aku sibuk mengurus beberapa bidang bisnis baruku yang baru saja aku buka; Toko buku, Digital printing, rumah makan. Setelah sebelumnya aku mempunyai banyak bisnis yang sudah berjalan yang tidak mungkin bisa kulepas tangan begitu saja.
Sibuk dengan beberapa properti berupa rumah, vila, dan tanah yang luasnya beberapa ratus hektar yang beberapa waktu lalu aku beli.
Sibuk dengan model-model mobil terbaru yang akan aku pesan.
Sibuk dengan pencarian calon-calon simpanan, walaupun aku sudah punya beberapa dan sepertinya aku memang membutuhkannya.
Sibuk dengan rencana rekreasi keluarga untuk akhir pekan.
Bahkan di rumahpun aku ibarat jin lampu yang selalu sibuk mengabulkan keinginan anak-anakku yang meminta apa saja yang diinginkannya. Istriku apalagi; tidak jauh beda dengan anak-anak yang juga mempunyai banyak permintaan, sudah begitu cerewetnya minta ampun dan kalau sampai ngambek benar-benar menyebalkan dan membuatku kehilangan banyak waktu untuk menenangkannya.
Belum lagi urusan pekerjaan tempat aku menjabat di sebuah Departemen sebagai status sosialku: seorang pejabat. Itu semua membuatku lelah, kurang tidur karena banyak pikiran.
Ya, aku orang yang sangat sibuk sekali.
Beginilah kehidupan orang besar, begitulah orang-orang menyebutnya. Suatu hal yang sangat salah, munafik jika aku berani menyebut diriku orang kecil. Karena itulah kenyataannya. Seperti halnya bila diriku yang seorang pejabat Departemen ini berpapasan dengan seorang pemulung yang sedang berjalan kaki menggendong karung sedangkan aku mengendarai mobil "Jaguar" terbaru lengkap dengan sopir pribadi, lalu didepannya aku berhenti dan mengatakan kepadanya diriku hanyalah orang miskin papa. Bagaimana reaksi pemulung itu? Pasti orang-orang yang melihatnya akan langsung menyebutku orang yang sombong karena pengakuan itu.
Aku tahu aku sedang menjalani hidup di dunia yang fana, aku sadar hidup ini cuma sebentar. Namun justru itu yang mendorongku untuk menjadi seperti yang sekarang. Dulu waktu masih polos, dengan lugunya aku sangat menginginkan hidup yang seperti ini; jadi orang, orang gede, punya segalanya. Dan saat ini, setelah Yang Maha Kuasa mengabulkannya... kok terasa biasa-biasa saja? Malahan kehidupanku kini malah sering membuatku berkunjung ke berbagai macam jenis dokter; dari dokter syaraf sampai psikiater(aka dokter jiwa).
Setiap harinya aku bertemu para bawahanku atau di sebut juga anak buahku. Mereka banyak membantuku dalam pekerjaan, meringankan pekerjaanku, walaupun aku tak pernah merasa kalau kesibukanku berkurang. Perintah sana, perintah sini itu pekerjaan yang berat lho, karena yang kita perintah, yang kita atur itu manusia; punya nyawa dan keinginan, bukan benda mati. Seringkali menjengkelkan, tidak berani ngomong yang sesungguhnya; hanya mengatakan ya pak!, siap pak!, beres pak!. Rata-rata sifat mereka itu penjilat.
Entah sudah berapa lama terbesit di benakku untuk memanggil seorang Alim Ulama. Akhirnya hal ini kuucapkan juga kepada salah seorang bawahanku. Dengan serta merta iapun segera mencarikan dan menghadirkan seorang ustad lulusan luar negeri ke rumahku saat petang tiba. Terkejut akan kedatangannya, kusuruh anak-anak dan istriku pergi keluar untuk makan dan bahkan berbelanja apapun yang mereka inginkan; kalau perlu beli sekalian mallnya. Tinggal gesek.
Kuadukan seluruh ganjalan hatiku , semua dosa-dosaku. Kuminta petuah, nasehat-nasehat darinya bagaimana baiknya. Ustad itupun memulainya dengan sebuah ayat dan diakhiri dengan nasehat.
“Saya baru pertama kali bertemu dengan bapak. Bapak orang yang jujur. Tidak segan mengutarakan keinginan bapak untuk bertaubat. Suatu hal yang jarang ditemui. Niscaya bapak adalah calon penghuni surga. Perlu bapak ketahui; apa-apa yang bapak lakukan selama ini juga masuk kategori berbuat baik terhadap sesama manusia. Sebagai contoh para bawahan bapak yang patuh kepada bapak. Itu karena bapak perhatian dan senang memberikan bantuan salah satunya dalam hal materi. Selain itu kepercayaan bapak kepada merekalah yang telah membuat mereka bekerja maksimal hingga mampu membuat derajat hidup mereka jauh dari garis kemiskinan. Kita pasti setuju kemiskinan adalah musuh setiap manusia. Dan bukankah dalam sebuah hadist Nabi dikatakan bahwa kemiskinan itu mendekatkan orang kepada kekafiran".
"Mengenai dosa-dosa bapak seperti berzina misalnya. Harus dihentikan. Karena tobat yang sebenar-benarnya itu adalah meninggalkan jalan yang selama ini salah untuk kembali kepada jalan yang benar".
"Tentunya jalan untuk kembali tidak bisa langsung secara drastis. Seperti kebiasaan orang merokok. Untuk bisa berhenti ia harus menguranginya sedikit demi sedikit. Agar nanti tidak mengalami gangguan fisik dan mental. Pikirkan juga anak istri bapak, jangan sampai mereka terlantar gara-gara bapak terkena gangguan. Bukankah mendidik anak dan menafkahi istri adalah suatu ibadah juga. Coba bapak kurangi dulu saja. Sampai akhirnya bisa pulih total".
Sebuah nasehat yang masuk akal, walaupun cara ini kurasa adalah cara mainstream. Kukira ia akan mengatakan sesuatu seperti “jauh tidak bisa dibandingkan antara memakan daging segar di rumah sendiri dibanding daging busuk di luar rumah”. Syukurlah ia hanya mengatakan untuk mengurangi sedikit demi sedikit. Aku sangat lega. Beban pikiranku sedikit berkurang.
Saat ia memohon diri untuk pulang. Dengan serta merta aku keluarkan dan aku selipkan gelondongan uang kertas seratus ribuan yang entah berapa puluh lembar, aku terlalu malas dan tak punya waktu untuk menghitungnya. Mulanya ia menolak uang tersebut, tapi aku terus mendesaknya dan mengatakan bahwa bukankah rezeki itu tidak boleh ditolak?. Akhirnya ia menerimanya dan mendoakan agar aku selalu dilindungi dan rezekiku selalu dilimpahkan.
Sejenak aku merasa lega.
Berlanjut ke Orang besar (bagian akhir)
Sang Pemburu
Diposting oleh
tutorial
19.05
Angka waktu di layar handphoneku menunjukkan pukul 14.05. Saatnya beristirahat untuk makan siang. Aku telah menetapkan tujuan tempat makan siangku sebelumnya saat esok tadi. Sebuah rumah makan Padang di ruas jalan raya utama yang terlihat megah dan mewah. Tidak setiap hari aku makan diluar, itu hanya kulakukan saat ada rezeki lebih dari pekerjaan yang lumayan melelahkan, yang berhasil membuat perutku keroncongan. Rumah makan inilah yang akan aku cicipi masakannya saat ini. Sebagai penikmat kuliner, aku selalu makan di tempat yang berbeda. Dengan begitu aku bisa membandingkan masakan salah satu resto dengan resto yang lain. Dan dengan begitu aku bisa mengetahui bila ada sesuatu yang menjadikan masakan di sebuah resto menjadi khas berbeda dengan tempat lain. Setidaknya walaupun hanya sekali aku sudah bisa bercerita bahwa aku sudah pernah makan di tempat ini.
Semahal-mahalnya masakan padang sekali makan rata-rata rp 15.000 itupun sudah termasuk minuman es teh manis. Jadi selalu siapkan uang rp 20.000 untuk setiap kali jajan. Dan sebagus apapun penampilan rumah makan tersebut, tidak mungkin restoran nasional seperti ini akan memberikan harga yang tidak masuk akal. Paling ya sedikit lebih mahal dari rumah makan reguler(semoga).
Ruangannya terasa lenggang , mungkin karena telah lewat jam makan siang. Nampak beberapa pegawai sedang sibuk mengepak masakan ke kardus yang telah disiapkan. Setelah memesan nasi rendang, segera aku duduk di tempat duduk yang menghadap jalan raya, dengan salah satu maksud mengawasi sepeda motorku yang aku parkirkan di depan. Beberapa saat aku menunggu, masuklah dua orang laki-laki. Mereka duduk jauh diseberangku, bersebelahan dengan tembok.
Hidungku mulai mencium aroma bau yang busuk yang membuat nafsu makanku hilang.
Setelah memesan makanan, mereka tampak sedang membicarakan sesuatu yang serius. Salah satu diantaranya yang seorang bapak-bapak berkumis klimis berkemeja putih dan bercelana panjang hitam nampak sangat serius mimik wajahnya. Terbesit keraguan dalam nada bicaranya.
"Tapi bukannya daerah itu daerah resapan air mas" ucapnya.
"Bapak tidak usah khawatir, saya sudah ada orang dalam yang bisa mengesahkan ijin pembangunan. Hanya menunggu waktu saja. Nah selama itu saya hanya meminta pak Waka untuk menempatkan anak buah bapak yang bersenjata lengkap untuk berjaga disana. Agar masyarakat sekitar tidak berani macam-macam. Begitu juga dengan para aktivis LSM. Ingat pak, yang kita bicarakan ini bisnis bernilai miliaran rupiah". ucap lawan bicaranya, seorang pemuda berumur sekitar 35 tahunan yang berpenampilam parlente mengenakan setelan kemeja yang terlihat mahal.
Sekalipun nafsu makanku terganggu oleh bau tersebut. Aku tetap menyantap nasi rendang didepanku dengan lahap, tanpa tersisa (bagaimanapun juga makanan ini sudah aku bayar). Sambil tak lupa aku mengambil gambar kedua orang tersebut beberapa kali menggunakan kamera handphone.
Pak Waka... mungkin itu adalah sebutan jabatan untuk Wakil Kepala. Aku kirimkan gambar ke salah satu kenalanku yang bekerja di bagian Subdid menanyakan siapakan orang yang ada di foto tersebut. Siapa tahu ia mengenalnya. Tak lama kemudian aku mendapatkan balasannya. Bahwa ia adalah salah satu petinggi di tempatnya bekerja. Namun beda departemen. Tak lupa aku membuka website dari smartphoneku untuk menjadi whistleblower melaporkannya ke lembaga terkait. Yang memang persyaratannya cukup ribet juga.
Tak lama setelah perbincangan mereka selesai. Mereka berdua berdiri lalu saling bersalaman. Keduanyapun berlalu.
Nafasku menjadi berat.. Darahku bergejolak.. seolah semburan adrenalin terpompa ke seluruh penjuru organ tubuhku. Aku berdiri melangkahkan kaki keluar dari situ.
Lelaki setengah baya tersebut masihlah manusia, setidaknya kulit luarnya.
Namun untuk pemuda pengusaha berpenampilan klimis itu... aku tidak peduli ia akan terjerat hukum manusia ataukah berhasil bebas sama sekali.
Karena ia adalah...
Buruanku!
Semahal-mahalnya masakan padang sekali makan rata-rata rp 15.000 itupun sudah termasuk minuman es teh manis. Jadi selalu siapkan uang rp 20.000 untuk setiap kali jajan. Dan sebagus apapun penampilan rumah makan tersebut, tidak mungkin restoran nasional seperti ini akan memberikan harga yang tidak masuk akal. Paling ya sedikit lebih mahal dari rumah makan reguler(semoga).
Ruangannya terasa lenggang , mungkin karena telah lewat jam makan siang. Nampak beberapa pegawai sedang sibuk mengepak masakan ke kardus yang telah disiapkan. Setelah memesan nasi rendang, segera aku duduk di tempat duduk yang menghadap jalan raya, dengan salah satu maksud mengawasi sepeda motorku yang aku parkirkan di depan. Beberapa saat aku menunggu, masuklah dua orang laki-laki. Mereka duduk jauh diseberangku, bersebelahan dengan tembok.
Hidungku mulai mencium aroma bau yang busuk yang membuat nafsu makanku hilang.
Setelah memesan makanan, mereka tampak sedang membicarakan sesuatu yang serius. Salah satu diantaranya yang seorang bapak-bapak berkumis klimis berkemeja putih dan bercelana panjang hitam nampak sangat serius mimik wajahnya. Terbesit keraguan dalam nada bicaranya.
"Tapi bukannya daerah itu daerah resapan air mas" ucapnya.
"Bapak tidak usah khawatir, saya sudah ada orang dalam yang bisa mengesahkan ijin pembangunan. Hanya menunggu waktu saja. Nah selama itu saya hanya meminta pak Waka untuk menempatkan anak buah bapak yang bersenjata lengkap untuk berjaga disana. Agar masyarakat sekitar tidak berani macam-macam. Begitu juga dengan para aktivis LSM. Ingat pak, yang kita bicarakan ini bisnis bernilai miliaran rupiah". ucap lawan bicaranya, seorang pemuda berumur sekitar 35 tahunan yang berpenampilam parlente mengenakan setelan kemeja yang terlihat mahal.
Sekalipun nafsu makanku terganggu oleh bau tersebut. Aku tetap menyantap nasi rendang didepanku dengan lahap, tanpa tersisa (bagaimanapun juga makanan ini sudah aku bayar). Sambil tak lupa aku mengambil gambar kedua orang tersebut beberapa kali menggunakan kamera handphone.
Pak Waka... mungkin itu adalah sebutan jabatan untuk Wakil Kepala. Aku kirimkan gambar ke salah satu kenalanku yang bekerja di bagian Subdid menanyakan siapakan orang yang ada di foto tersebut. Siapa tahu ia mengenalnya. Tak lama kemudian aku mendapatkan balasannya. Bahwa ia adalah salah satu petinggi di tempatnya bekerja. Namun beda departemen. Tak lupa aku membuka website dari smartphoneku untuk menjadi whistleblower melaporkannya ke lembaga terkait. Yang memang persyaratannya cukup ribet juga.
Tak lama setelah perbincangan mereka selesai. Mereka berdua berdiri lalu saling bersalaman. Keduanyapun berlalu.
Nafasku menjadi berat.. Darahku bergejolak.. seolah semburan adrenalin terpompa ke seluruh penjuru organ tubuhku. Aku berdiri melangkahkan kaki keluar dari situ.
Lelaki setengah baya tersebut masihlah manusia, setidaknya kulit luarnya.
Namun untuk pemuda pengusaha berpenampilan klimis itu... aku tidak peduli ia akan terjerat hukum manusia ataukah berhasil bebas sama sekali.
Karena ia adalah...
Buruanku!
Kesombongan tentang makanan
Diposting oleh
tutorial
09.47
Ada Aki-aki tetangga yang mengatakan kepada tetangga yang lain bahwa dirinya tidak akan membiarkan cucunya memakan makanan yang tidak enak (semoga ia tidak memberikannya Indomie setiap hari ;karena tidak ada orang yang mengatakan kalau Indomie tidak enak).
Pagi itu seperti biasa dengan bangganya ia mengajak jalan-jalan cucu pertamanya dari anak bungsunya. Dan para tetangga suka bersikap yang menyenangkan karena ia adalah anak kecil tidak berdosa keturunan banyak orang), mengetahui menu saya sekeluarga yang pada hari itu tempe (semangit). Pagi itu saya dan adik-adik protes kepada ibu yang seringkali lupa, menyisakan bahan tempe sehingga menjadi tidak segar, mungkin juga karena penjualnya menjual tempe lama. Kalaupun ia menginginkan cucunya tidak akan pernah memakan makanan yang dianggap tidak enak, sebenarnya ia cukup mengatakannya dalam hati, tidak ada keperluannya mengatakan hal itu kepada orang lain dengan nada yang terlihat berbangga diri(berhasil mempunyai menantu menengah ke atas dari anak bungsunya).
Pernah ia mengatakan sesuatu yang tidak perlu ketika saya bertanya nama makanan telur yang dibungkus tepung yang disajikan dalam pertemuan RT. Yang ternyata itu adalah Empek-empek Palembang (saya pernah jajan empek2 sederhana yang tidak sebagus itu bentuknya, dan salah satu kakek buyut saya memang orang Minang, tapi saya orang Semarang bukan orang Palembang) . Mulanya saya bertanya kepada tuan rumah yang duduk disebelah saya, namun tuan rumah mungkin karena lupa namanya demi menutupi hal itu menyuruh saya menanyakan kepada seorang Aki-aki yang duduk di depan kami. Sebelum menjawab nama makanan tersebut terlebih dahulu ia(Aki-aki tersebut) mengatakan bahwa saya tidak mengetahui nama makanan tersebut dikarenakan saya tidak pernah kumpul-kumpul , Emak saya cuma masak Indomie dan cuma jajan makan nasi kucing.
Saya percaya kok kalau ia bisa makan Steak , itu mobilnya dijual juga masih ada kembaliannya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah makanan enak apa sajakah yang bisa dikonsumsinya mengingat dirinya yang sudah Aki-aki(yang pertama menyebut dia Aki-aki justru anak bungsunya yang tidak tahan dengan perilakunya).
Sebenarnya saya tidak mau mengatakan tentang hal ini..
Meminjam sebuah perkataan dalam film "3 Idiots" ; "Ibarat ekorKeledai anjing yang dimasukkan ke pipa lurus, setelah beberapa tahun dikeluarkan ia akan tetap bengkok".
Jaman dahulu kala waktu saya masih SMU. Saya dan ayah saya bertandang ke rumah saya ini yang waktu itu masih kosong belum ada yang mengontrak. Kebetulan saat itu, keluarga Aki-aki tersebut kedatangan tamu spesial, kekasih anaknya datang bersama ibunya memperkenalkan diri(sepertinya).
Saat itu mereka pulang. Mobil mereka melewati halaman rumah kami. (Saya mempunyai kepekaan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak berguna) Ibu sang anak mengatakan ketidaksukaannya terhadap perilakunya yang mengatakan hal yang sebenarnya bisa dianggap vulgar(beliau memakai jilbab, dan saya tidak ingat dengan perkataan pasti detailnya; yang tentunya tidak akan saya katakan disini... salah satu contoh yang mendekati kemungkinan adalah adegan pertemuan dua keluarga(dari pihak cowok dan cewek) dalam film "Bangkok Traffic Love Story") karena mereka masihlah orang lain. Walaupun saya yakin penyebabnya pasti lebih dari itu.
Sang anak mengatakan "tapi aku seneng bu.. bla bla bla.
Saya sudah melihat menantunya yang sekarang dan merasa dia adalah lelaki yang baik. Untungnya menantunya dan besannya yang sekarang tidak mengetahui "keburukannya" saat mereka belum menjadi keluarga seperti sekarang.
Kembali ke masalah tempe. Karena saya adalah Tempe Lover. Makanan sejuta umat ini bahkan digemari oleh orang-orang Eropa. Bukan saja di Eropa, orang-orang Amerika dan Jepangpun banyak yang menyukainya. Dan disana makanan bergizi tinggi ini masuk sebagai makanan kalangan menengah keatas.
Nampaknya sering kumpul-kumpul tidak membuatnya menjadi lebih pintar. Entah kumpulan dia orang-orang semacam apa?. Kalau kumpul-kumpulnya Ndangdutan atau bergunjing, kalau saya ya lebih memilih diam dirumah sambil Online.
Dan kalaupun dia membahas tentang Tempe semangit, yang rasanya memang berbeda tidak seperti tempe segar . Itu bukan kepantasan untuknya karena itu adalah urusan kami , mau makan sama apa itu bukan urusan dia, tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Apakah harus dibuang makanan tidak enak itu ? .
Semenjak kecil kami terlebih khususnya saya diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan. Satu butir beras/satu butirkeledai kedelai adalah hasil keringat petani selama beberapa bulan.
Bahkan ada orang yang mengatakan membuang makanan itu sama saja dengan mencuri makanan orang-orang miskin.
"Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan." (Surah al-Isra′, ayat 27)
Padahal apa saja makanan enak dan mahal yang dimakannya juga berakhir sama ; keluar sebagai pup.
UPDATE : Ternyata jajanan dia adalah Mie Tek-tek, Mie Ayam dkk. Bilang seperti itu saya kira makanan kesehariannya sebangsa Steak Sirloin, Bebek Peking, Kaviar, minimal Pizza lah. Ternyata... (Saya hanya bisa geleng-geleng kepala)
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya. Rekan kerja saya dulu "you know who" seringkali mengejek saya karena setiap harinya saya selalu membawa bekal makan siang berupa nasi telur.
Dia orang aneh yang suka mengeluh, mencaci maki akan gajinya yang kecil cuma bisa buat bayar kost dan makan. Selalu bercerita orang tuanya kaya , namun dia tidak pernah meminta uang kepada orangtuanya, tapi kalau ortunya ngasih selalu diterima.
Saya tahu kok dia selalu jajan di warteg saat makan siang. Makanannya 4 sehat(bahkan 5 sempurna karena ada jatah susu untuk teknisi toner(sekalipun kalo kerjaan toner ada beberapa pasti selalu meminta dibantu oleh teknisi tinta(rekan kerja saya yg lain))). Mengejek seperti itu tapi saat mendekati akhir bulan selalu membawa indomie untuk dimasak di Outlet(tempat kerja kami; memakai teko listrik, listriknya gratis karena numpang).
Silahkan baca juga artikel Kesombongan yang tidak perlu
Bersyukur
Balas dendam yang benar dalam Islam
Pagi itu seperti biasa dengan bangganya ia mengajak jalan-jalan cucu pertamanya dari anak bungsunya. Dan para tetangga suka bersikap yang menyenangkan karena ia adalah anak kecil tidak berdosa keturunan banyak orang), mengetahui menu saya sekeluarga yang pada hari itu tempe (semangit). Pagi itu saya dan adik-adik protes kepada ibu yang seringkali lupa, menyisakan bahan tempe sehingga menjadi tidak segar, mungkin juga karena penjualnya menjual tempe lama. Kalaupun ia menginginkan cucunya tidak akan pernah memakan makanan yang dianggap tidak enak, sebenarnya ia cukup mengatakannya dalam hati, tidak ada keperluannya mengatakan hal itu kepada orang lain dengan nada yang terlihat berbangga diri(berhasil mempunyai menantu menengah ke atas dari anak bungsunya).
Pernah ia mengatakan sesuatu yang tidak perlu ketika saya bertanya nama makanan telur yang dibungkus tepung yang disajikan dalam pertemuan RT. Yang ternyata itu adalah Empek-empek Palembang (saya pernah jajan empek2 sederhana yang tidak sebagus itu bentuknya, dan salah satu kakek buyut saya memang orang Minang, tapi saya orang Semarang bukan orang Palembang) . Mulanya saya bertanya kepada tuan rumah yang duduk disebelah saya, namun tuan rumah mungkin karena lupa namanya demi menutupi hal itu menyuruh saya menanyakan kepada seorang Aki-aki yang duduk di depan kami. Sebelum menjawab nama makanan tersebut terlebih dahulu ia(Aki-aki tersebut) mengatakan bahwa saya tidak mengetahui nama makanan tersebut dikarenakan saya tidak pernah kumpul-kumpul , Emak saya cuma masak Indomie dan cuma jajan makan nasi kucing.
Saya percaya kok kalau ia bisa makan Steak , itu mobilnya dijual juga masih ada kembaliannya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah makanan enak apa sajakah yang bisa dikonsumsinya mengingat dirinya yang sudah Aki-aki(yang pertama menyebut dia Aki-aki justru anak bungsunya yang tidak tahan dengan perilakunya).
Sebenarnya saya tidak mau mengatakan tentang hal ini..
Meminjam sebuah perkataan dalam film "3 Idiots" ; "Ibarat ekor
Jaman dahulu kala waktu saya masih SMU. Saya dan ayah saya bertandang ke rumah saya ini yang waktu itu masih kosong belum ada yang mengontrak. Kebetulan saat itu, keluarga Aki-aki tersebut kedatangan tamu spesial, kekasih anaknya datang bersama ibunya memperkenalkan diri(sepertinya).
Saat itu mereka pulang. Mobil mereka melewati halaman rumah kami. (Saya mempunyai kepekaan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak berguna) Ibu sang anak mengatakan ketidaksukaannya terhadap perilakunya yang mengatakan hal yang sebenarnya bisa dianggap vulgar(beliau memakai jilbab, dan saya tidak ingat dengan perkataan pasti detailnya; yang tentunya tidak akan saya katakan disini... salah satu contoh yang mendekati kemungkinan adalah adegan pertemuan dua keluarga(dari pihak cowok dan cewek) dalam film "Bangkok Traffic Love Story") karena mereka masihlah orang lain. Walaupun saya yakin penyebabnya pasti lebih dari itu.
Sang anak mengatakan "tapi aku seneng bu.. bla bla bla.
Saya sudah melihat menantunya yang sekarang dan merasa dia adalah lelaki yang baik. Untungnya menantunya dan besannya yang sekarang tidak mengetahui "keburukannya" saat mereka belum menjadi keluarga seperti sekarang.
Kembali ke masalah tempe. Karena saya adalah Tempe Lover. Makanan sejuta umat ini bahkan digemari oleh orang-orang Eropa. Bukan saja di Eropa, orang-orang Amerika dan Jepangpun banyak yang menyukainya. Dan disana makanan bergizi tinggi ini masuk sebagai makanan kalangan menengah keatas.
Nampaknya sering kumpul-kumpul tidak membuatnya menjadi lebih pintar. Entah kumpulan dia orang-orang semacam apa?. Kalau kumpul-kumpulnya Ndangdutan atau bergunjing, kalau saya ya lebih memilih diam dirumah sambil Online.
Dan kalaupun dia membahas tentang Tempe semangit, yang rasanya memang berbeda tidak seperti tempe segar . Itu bukan kepantasan untuknya karena itu adalah urusan kami , mau makan sama apa itu bukan urusan dia, tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Apakah harus dibuang makanan tidak enak itu ? .
Semenjak kecil kami terlebih khususnya saya diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan. Satu butir beras/satu butir
Bahkan ada orang yang mengatakan membuang makanan itu sama saja dengan mencuri makanan orang-orang miskin.
"Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan." (Surah al-Isra′, ayat 27)
Padahal apa saja makanan enak dan mahal yang dimakannya juga berakhir sama ; keluar sebagai pup.
UPDATE : Ternyata jajanan dia adalah Mie Tek-tek, Mie Ayam dkk. Bilang seperti itu saya kira makanan kesehariannya sebangsa Steak Sirloin, Bebek Peking, Kaviar, minimal Pizza lah. Ternyata... (Saya hanya bisa geleng-geleng kepala)
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya. Rekan kerja saya dulu "you know who" seringkali mengejek saya karena setiap harinya saya selalu membawa bekal makan siang berupa nasi telur.
Dia orang aneh yang suka mengeluh, mencaci maki akan gajinya yang kecil cuma bisa buat bayar kost dan makan. Selalu bercerita orang tuanya kaya , namun dia tidak pernah meminta uang kepada orangtuanya, tapi kalau ortunya ngasih selalu diterima.
Saya tahu kok dia selalu jajan di warteg saat makan siang. Makanannya 4 sehat(bahkan 5 sempurna karena ada jatah susu untuk teknisi toner(sekalipun kalo kerjaan toner ada beberapa pasti selalu meminta dibantu oleh teknisi tinta(rekan kerja saya yg lain))). Mengejek seperti itu tapi saat mendekati akhir bulan selalu membawa indomie untuk dimasak di Outlet(tempat kerja kami; memakai teko listrik, listriknya gratis karena numpang).
Silahkan baca juga artikel Kesombongan yang tidak perlu
Bersyukur
Balas dendam yang benar dalam Islam
Shigatsu wa Kimi no Uso
Diposting oleh
tutorial
12.49
Arti judul Anime ini dalam bahasa Indonesia adalah "Kebohonganmu di Bulan April" . Anime bergenree music kedua yang saya ketahui setelah Nodame Chantabile. Anime bergenree music yang pertama kali saya tonton. Anime music pertama yang membuat saya terharu.
Anime paling fresh yang terakhir saya tonton. Salah satu anime terbaik sepanjang masa. Karena itu saya mulanya menyangka anime ini berasal dari Novel, seperti beberapa anime favorit saya yang umumnya juga berasal dari novel ; Hyouka dkk. Cerita yang epic disertai banyaknya kata-kata indah penjelas suasana yang membuat saya berfikir demikian.
Seri pembuka diawali dengan kemunculan gadis biola yang tertarik melihat seekor kucing hitam, lalu mengejarnya. Disertai alunan music dan keindahan setting tempat. Pemandangan di musim semi. Kualitas visual dan audio yang membuat kita penontonnya terpana sejenak.
"Saat aku bertemu dengannya, kehidupanku berubah. Semua yang kulihat.. yang kudengar.. serta yang aku rasakan.. Semua pemandangan di sekitarku mulai terlihat lebih berwarna".
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Tapi..., bagiku... . Bagiku semua terlihat monoton. Rekaman music... Piano..
Musim gugur saat umurku sebelas tahun...
Aku...
...tidak bisa bermain piano lagi.
Bercerita tentang kehidupan "Arima Kosei" Pianis jenius yang sejak kecil selalu berhasil menjuarai setiap kontes yang dia ikuti. Pemenang Concour termuda. Kesempurnaannya memainkan partitur membuat iri lawan-lawannya dan membuatnya dijuluki "Manusia Metronome".
Boneka yang selalu tunduk akan perintah ibunya. Kemampuannya itu didapat dari pelatihan Ibunya yang sangat keras. Ia melakukannya demi ibunya, demi kesembuhan ibunya.
Suatu hari, teman masa kecilnya yang bernama Tsubaki Sawabe mengajaknya untuk menemaninya memperkenalkan seorang teman sekelasnya dengan teman akrab mereka Ryouta Watari. Tsubaki, Watari dan Arima adalah teman dari kecil. Mereka tumbuh besar di kota yang sama dan selalu satu sekolah. Tsubaki memaksa Arima untuk ikut dengannya karena bila hanya dirinya, Watari dan gadis tersebut pasti suasananya menjadi canggung. Maka dari itu ia menunjuk Arima sebagai Teman A(Temannya tokoh yang mau diperkenalkan->Watari). Alasan lainnya adalah karena dia merasa, teman gadisnya yang ingin mengajak Watari berkenalan ini adalah seorang pemain musik klasik dan mungkin saja bisa mendorong Arima untuk kembali bermain seperti dulu.
Tsubaki adalah gadis tomboi yang periang. Mempunyai kelebihan dibidang fisik dan jago main Baseball karena itulah ia dijuluki Gadis Gorila oleh teman-temannya. Julukan yang tentunya membuat marah yang dijuluki. Merupakan tetangga Arima sejak dulu, itulah sebabnya dia begitu akrab dengan Arima meskipun Arima kecil sulit sekali untuk diaajak bermain karena sibuk latihan piano bersama ibunya. Arima menganggap Tsubaki sebagai seorang kakak yang selalu ada untuk melindungi, karena itulah yang selalu Tsubaki lakukan semenjak kecil ; melindungi Arima karena di matanya Arima hanyalah lelaki lemah yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Tsubaki juga suka menjaili Arima yang begitu kikuk, membuatnya juga disebut sebagai seorang kakak yang menyebalkan oleh Arima. Tsubaki begitu suka mendengarkan permainan piano Arima dan menganggap kalau Arima keren saat bermain piano. Mengingat mereka tinggal bersebelahan, Tsubaki biasanya mendengarkan langsung permainan Arima dari dalam kamarnya. Namun sudah 2 tahun berlalu, dan lagi-lagi dia tidak lagi mendengarkan Arima memainkan pianonya.
Watari adalah teman masa kecil Arima juga, namun bukan tetangga. Playboy populer yang memiliki banyak kekasih sehingga terkadang dia terlalu sibuk dengan semua fansnya, meninggalkan Arima hanya berdua dengan Tsubaki. Kapten tim sepak bola yang mempunyai impian menjuarai kejuaraan dan menjadi pemain pro. Tidak begitu mengerti musik, sehingga dengan cepatnya dia tertidur saat diajak untuk menyaksikan/mendengarkan kompetisi Music.
Hari H pertemuan pun tiba, suatu momen awal yang akhirnya berhasil membuat hidup Arima yang abu-abu menjadi kembali berwarna. Ia tidak sengaja bertemu lebih dulu dengan wanita yang ingin dikenalan dengan Watari. Kaori Miyazono nama gadis tersebut. Arima takjub ketika melihat Kaori memainkan pianika dengan bebasnya dan meneteskan air mata pada akhir permainannya. Tanpa sadar Arima mengambil handphone-nya dan mencoba memfoto Kaori beserta ketiga anak kecil yang mengiringi permainannya. Tiba-tiba angin awal musim semi berhembus kencang dan cepat. Hal itu membuat foto yang dibidik Arima menjadi "salah fokus".
Kebetulan yang ajaib ini tentunya bukan awal sebuah pertemuan yang romantis memang. Lalu kemudian Tsubaki dan Watari datang, Kaori yang tadinya bersikap mengerikan langsung berubah drastis di hadapan Watari. Begitu melihat Kaori, Watari pun langsung menyukainya. Hal itu tidak perlu diragukan karena Kaori memang seorang gadis cantik dengan rambut panjang nan lembut, gadis yang energic.
Kebetulan pada hari itu dan saat itu juga, Kaori sedang ada jadwal kompetisi Biola. Berhubung mereka juga tidak punya tujuan lain, Watari, Tsubaki dan Arima pun menyaksilan Kaori bermain di kompetisi tersebut. Saat tiba giliran Kaori bermain, awalnya begitu teratur dan sesuai dengan partitur. Tapi kemudian permainannya begitu bebas dan tidak lagi terikat oleh tempo dan tinggi rendahnya nada partitur. Berhasil memikat seluruh penonton yang menyaksikan tidak terkecuali Tsubaki, Watari dan juga Arima. Watari menjadi semakin menyukai Kaori, begitupun dengan Arima, dia menjadi begitu terinspirasi setelah melihat penampilan Kaori. Setelah hari kompetisi itu pun Kaori menjadi semakin dekat dengan Watari. Walaupun Watari masih dengan sifat playboy-nya meskipun sekarang dia sudah mendapatkan Kaori yang bisa dikatakan wanita sempurna.
Suatu hari di musim semi itu Arima kembali bertemu dengannya di jalan. Kaori juga mengenakan seragam sekolah mereka ternyata. Dia sedang menunggu Watari. Arima tahu kalau Watari sebenarnya sedang berkencan dengan gadis lain, tapi sebagai seorang teman, Arima pun melindungi Watari dan Kaori kemudian menunjuk Arima Si teman A sebagai pengganti Watari(mengajaknya pergi ke cafe untuk jajan). Pertama Arima menjadi Extra , sekarang dia menjadi pengganti hehehe. Dengan usahanya yang cukup gigih dan penuh air mata, akhirnya Kaori berhasil membuat Arima kembali memainkan piano dan menjadi pengiringnya dalam sebuah kompetisi biola. Masih ingat kompetisi Biola yang diikuti Kaori di awal cerita? Dia bisa lolos dari babak penyisihan tersebut karena menjadi Juara favorit penonton. Walaupun sebagian besar juri tidak bisa menerimanya karena ia tidak mengikuti partitur yang menjadi tolak ukur dalam kompetisi music manapun. Padahal awalnya Arima selalu saja melarikan diri dari ajakan Kaori untuk menjadi seorang pengiring. Tapi menyerah bukanlah sesuatu yang Kaori lakukan dan dia malah meneror Arima dengan meletakkan banyak lembar partitur di sekitar kehidupan Arima.
"Kau itu bukannya tidak bisa bermain, kau hanya tidak ingin bermain. "Aku tidak bisa mendengar suara piano.." Kau mengatakan itu hanya untuk melarikan diri" (Kaori)
Setelah lama tidak bermain, kemudian memulai berlatih kembali sebagai seorang pengiring, awalnya dijalani dengan lancar, tapi tidak bertahan lama. Apa yang selama ini Arima anggap sebagai kutukan akhirnya kembali menghantuinya dan dia kembali tidak bisa mendengarkan nada yang dia mainkan membuat permainannya kacau. Tidak mau menyerah karena telah gagal sekali. Suatu kata ajaib itupun keluar dari bibir Kaori "Again/Lagi".Kaori meminta permainannya diulang. Berbeda dengan yang pertama, kali ini Kaori berusaha untuk menuntun Arima yang serasa sedang berada di dalam lautan nan gelap, memberikan cahaya harapan yang kemudian berhasil menyelamatkan Arima dari kesumbangan yang selama 2 tahun belakangan telah menghantui permainannya.
"Lihat ke atas, lihat ke arahku. Kamu ini selalu melihat ke bawah. Karena itu kau terpenjara dalam kurungan partitur lagu"
"Di depan sana, mungkin hanya ada laut yang gelap saja. Tapi mesti begitu, kau harus percaya dan terus pergi. Percayalah bintang akan menerangi jalanmu, meskipun hanya sedikit".
Usaha Kaori tidak sia-sia, Perpaduan Alami dan Sintetis keduanya berhasil menyelesaikan lagu dengan sukses, tepuk tangan yang meriah dari penonton yang hadir memecah suasana hening.
Setelah itu, dengan paksaan dari Kaori. Arimapun akhirnya memberanikan untuk kembali mengikuti kompetisi piano. Meskipun belum sembuh sepenuhnya dari trauma yang dialaminya setelah kepergian ibunya.
Diakhir kelas 3 ini Tsubaki gagal meraih impiannya menjuarai kejuaraan Baseball. Begitu juga dengan Watari yang kalah di babak awal kejuaraan sepak bola. Menyisakan Arima yang harus berjuang di akhir kelas 3 ini dalam Concour Piano.
Disana ia dipertemukan kembali dengan 2 orang pesaing terberatnya semenjak masih kecil dulu, mereka selalu menjadi pemain kunci tiga terbaik yaitu Takeshi Aiza dan Emi Igawa. Selain menjadi rival terberat Arima, mereka berdua juga adalah fans berat Arima dan menjadikan sebagai seorang panutan yang sangat menginspirasi untuk bermain piano. Melihat Arima Kouse kembali masuk daftar pesarta kompetisi setelah menunggu 2 tahun lamanya, membuat Takeshi dan Emi benar-benar bersemangat dan bertekat untuk bisa unjuk kebolehan di depan Arima secara langsung.
Sedari kecil, Takeshi selalu menganggap Arima sebagai pahlawannya karena sifatnya yang cool/keren. Masa kecilnya adalah anak nakal yang suka membuat masalah. Dia anak yang berbakat dalam banyak hal. Membuatnya menjadi semakin sombong. Arima adalah orang yang selalu membuatnya gagal menjadi juara 1. Membuat ia tidak berhasil mendapatkan hadiah mainan Hero yang diinginkannya. Dari dulu dia selalu berusaha untuk bisa mengalahkan Arima dalam kompetisi piano. Namun semakin dia berusaha, semakin dia merasa tertinggal dari Arima, seolah tidak bisa menggapai Arima. Namun itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus berlatih keras karena dia percaya suatu saat dia bisa mengalahkan Arima di dalam kompetisi.
Sedang Emi adalah seorang anak perempuan yang mulai bermain piano setelah dirinya sebagai gadis kecil melihat Arima bermain dengan lugunya(Gadis penangis). Ia kemudian terinspirasi untuk bisa bermain juga sama seperti Arima. Tujuannya adalah agar Arima bisa melihatnya bermain, menyadari keberadaannya, berharap nada yang dia mainkan akan sampai kepada Arima.
Di situlah peran Kaori terlihat, perlahan dia mencoba untuk menghilangkan trauma yang Arima rasakan, berusaha untuk membuat Arima bisa merasakan nada yang dia mainkan. Usaha tersebut tidaklah sia-sia karena akhirnya Arima bisa bermain seperti dulu lagi, dia akhirnya kembali menemukan alasannya untuk bermain piano.
Kompetisi awal Arima setelah sekian lama tidak berbuah manis. Di tengah permainan dia lagi-lagi tidak bisa mendengarkan nada yang dia mainkan, bahkan karena berhenti bermain di tengah penampilan, iapun didiskualifikasi. Arima kembali mengingat kalimat-kalimat yang dikatakan Kaori untuknya. Sebuah kata ajaib yang Kaori katakan "Lagi" .Akhirnya Arima bisa menyelesaikan permainannya yang sempat terhenti di tengah jalan. Bukan akhir yang bagus, namun bukan pula sesuatu yang buruk. Ia telah mengambil langkah pertama. Karena kita masih berada di tengah-tengah perjalanan. Dirinya masih bisa berkembang menjadi lebih.
Jika dulu ibunya adalah sumber inspirasi dan alasannya untuk bermain, namun setelah adanya Kaori, dialah yang menjadi inspirasi dan alasan Arima sekarang. Kebahagiaan yang Arima rasakan setelah menemukan kehebatannya kembali tidak berlangsung lama. Kaori tiba-tiba saja masuk rumah sakit karena penyakit bone marrow failure (gagal sumsum tulang) yang sudah lama dideritanya. Tidak ada satu pun dari temannya yang mengetahui penyakit sebenarnya yang diderita Kaori, dia selalu saja mengatakan kalau dia hanya mengalami anemia. Melihat Kaori yang berada di rumah sakit, membuat Arima teringat dengan kenangan ibunya dan dia tahu kalau kaori bohong tentang penyakit, dia tahu kalau Kaori tidak akan baik-baik saja meskipun Kaori terus saja bersikap energic seperti biasanya namun dengan wajah yang lebih pucat.
Dirawatnya Kaori di rumah sakit mempengaruhi permainan Arima yang kembali memburuk. Tapi tidak berlangsung lama setelah Kaori memarahinya. Kaori benar-benar menjadi orang yang sangat berpengaruh terhadap hidup Arima.
Seorang gadis kecil muncul mengerjai Arima. Kemunculannya untuk membalas dendan kepada Arima. Arima pun mendapatkan murid yang tidak lain adalah adik dari rivalnya, Takeshi. Meskipun awalnya adiknya Takeshi tersebut berniat buruk kepada Arima yang dia anggap sudah merebut kakaknya darinya. Namun setelah mengenal Arima lebih dekat, dia jadi tahu Arima yang sebenarnya dan malah balik mengaguminya. Karena sering menjalani operasi dan beberapa terapi, membuat Arima jarang bertemu dengan Kaori, membuatnya jadi hanya sering menghabiskan waktu hanya bersama Tsubaki. Saat hanya berdua sambil berteduh menunggu hujan reda, Tsubaki meminta Arima untuk menyadari perasaannya dan memaksa Arima untuk seharusnya tahu kalau Kaori menyukai Watari, dan Arima tidak punya pilihan selain menyukainya (Tsubaki). Itu adalah untuk pertama kalinya Tsubaki berani frontal dengan perasaannya. Tentunya hal tersebut malah membuat hubungan mereka jadi canggung satu sama lain.
Kaori tidak punya pilihan selain berani untuk melakukan operasi yang penuh risiko jika ingin bermain biola seperti dulu.
Saat Kaori sedang berjuang di meja operasi. Di waktu yang sama, Arima juga sedang mengikuti kompetisi final tahun terakhirnya sebagai murid SMP. Saat bermain di final, Arima seperti merasakan Kaori yang ikut mengiringinya dengan bermain biola di sampingnya. Lagu yang dimainkan Arima di final tersebut adalah Chopin`s Ballad No. 1 in G minor, Op. 23. Sungguh duet terakhir yang mengharukan. Diakhir permainan Kaori berangsur-angsur menghilang . Arima merasa akan kehilangan Kaori untuk selama-lamanya. Arima pun meneteskan air mata dipenghujung permainannya.
Ternyata operasi Kaori tidak berjalan seperti yang diharapkan. Nyawa Kaori gagal diselamatkan dari operasi tersebut.
Di musim Dingin sepulang dari makam Kaori, Arima membaca surat terakhir Kaori yang mengungkap fakta-fakta mengejutkan. Isi surat terakhir Kaori itu sudah menggambarkan seluruh ending dari anime ini, yang juga menjadi alasan mengapa judulnya "Kebohonganmu di Bulan April".
Iniah isi surat terakhir Kaori...
Kepada Arima Kousei,
Rasanya aneh menulis surat untuk seseorang yang baru saja bersamaku. Kau orang yang jahat, sampah, lambat, bodoh. Aku pertama kali bertemu denganmu saat berumur 5 tahun, itu di saat pertunjukkan piano sekolah. Anak laki-laki grogi yang membuat penonton tertawa karena menjatuhkan kursi pianonya. Dia duduk di depan piano yang lebih besar darinya, tapi saat dia memainkan not pertamanya, aku langsung terpukau mendengarkannya. Suara seperti palet 24 warna dan melodinya seperti berdansa. Aku terkejut saat anak perempuan yang duduk di sampingku menangis kencang.
Walaupun begitu, kau berhenti bermain piano, padahal kau sudah mempengaruhi hidupku.
Kau jahat sekali. Jahat, lambat, bodoh.
Saat tahu kalau kita satu SMP, aku senang sekali. Bagaimana caranya agar aku bisa bicara denganmu? Apa aku beli roti isi saja setiap hari? Tapi pada akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah memandangimu dari kejauhan. Soalnya semua orang terlihat rapat sekali denganmu. Tidak ada ruang sedikitpun untukku masuk. Saat aku masih kecil aku pernah dioperasi dan sering dirawat di rumah sakit. Setelah aku jatuh pingsan saat kelas 1 SMP, aku jadi lebih sering keluar-masuk rumah sakit dan waktu perawatanku pun jadi semakin lama. Aku jadi banyak bolos sekolah. Aku tahu kalau kondisi tubuhku tidak begitu baik.
Suatu malam, aku melihat ibu dan ayahku menangis di ruang tunggu rumah sakit, aku sadar kalau waktuku tidak banyak lagi. Saat itulah aku mulai berlari!
Aku mulai melakukan apa pun yang aku mau, agar aku tidak membawa penyesalan ke surga. Aku tidak takut lagi untuk mengenakan lensa kontak. Memakan banyak kue tanpa khawatir dengan berat badanku. Partitur musik yang selama ini mengaturku, sekarang aku memainkannya dengan caraku sendiri.
Lalu aku mengucapkan satu kebohongan, kalau Kaori Miyazono menyukai Ryouta Watari. Itulah kebohonganku. Kebohongan itu membawanya ke depanku, Arima Kousei. Itu membawamu kepadaku.
Sampaikan permintaan maafku pada Watari. Tapi aku yakin sekarang Watari sudah melupakanku. Sebagai teman dia menyenangkan, tapi sepertinya aku lebih menyukai orang yang lebih setia. Dan juga, sampaikan maafku kepada Tsubaki. Aku hanyalah seseorang yang kebetulan lewat dan akan langsung menghilang, aku tidak ingin meninggalkan kesan yang aneh, makanya aku tidak bisa memintanya kepada Tsubaki atau langsung mengatakan "kenalkan aku pada Arima", aku yakin Tsubaki tidak akan menerimanya. Lagi pula Tsubaki sangat menyukaimu. Semua orang tahu itu kecuali kau dan Tsubaki sendiri.
Kebohongan licik yang sudah membawamu padaku, tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Kau jauh lebih murung dan suram dari yang aku duga, kau juga keras kepala, tidak kenal lelah dan tukang intip. Suaramu jauh lebih pelan dari yang aku duga, dan kau jauh lebih jantan dari yang aku duga. Namun sesuai dugaanku, kau pria yang baik. Saat kita melompat ke sungai, airnya sangat sejuk dan segar ya? Bulan yang mengintip ke ruang musik seperti roti manju yang enak. Saat kita balapan dengan kereta, aku sangat yakin kita bisa menang. Saat kita berdua bernyanyi Twinkle Twinkle Little Star, rasanya menyenangkan sekali ya? Pasti ada sesuatu di sekolah saat malam hari, ya kan? Salju yang turun terlihat seperti kelopak bunga sakura, kan? Aku adalah musisi namun terpengaruh oleh segala sesuatu dari luar panggung, aku ini orangnya aneh ya? Saat-saat yang tidak terlupakan untukku hanyalah hal-hal kecil, itu aneh, bukan?
Bagaimana denganmu? Apa aku berhasil masuk ke dalam hati seseorang?
Apa aku berhasil masuk ke dalam hatimu?
Meskipun hanya sedikit, apa kau akan mengingatku?
Jangan menekan tombol reset-nya, ya! Jangan melupakanku, ya! Janji, ya?
Sudah aku duga, aku bersyukur itu kau. Apa aku mencapaimu? Aku harap ini sampai kepadamu..
Arima Kouse,
aku mencintaimu
Maaf aku tidak menghabiskan Caneles-nya.
Maaf aku sudah banyak memukulmu.
Maaf aku sudah egois.
Tolong banyak maafkan aku, ya.
Terima kasih.
P.S. Aku menaruh harta karunku di dalam suratnya.
Jika kau tidak menginginkannya, robek dan buang saja.
Pesepeda VS Konvoi Moge
Diposting oleh
tutorial
11.51
Liburan panjang sampai Hari Libur Nasional besok(Hari Kemerdekaan Indonesia) saya beserta adik-adik mempunyai acara nonton bareng anime yang kami gandrungi akhir-akhir ini yaitu "Yowamushi Pedal". Nostalgia karena sampai SMU saya adalah seorang pesepeda (Ontel). Sayang sekarang sepeda saya sudah tiada sejak pindahan rumah beberapa tahun silam; hiks. Sebenere mau nyicil review anime ini tapi.. saat iseng-iseng menilik dari youtube dunia persepedaan Indonesia saya melihat sebuah video yang menakjubkan (lebay dah).
Makanya saya menggali lebih dalam mengenai hal ini. Berikut ini link-link yang menarik untuk ditonton (selain lihat anime).
https://www.youtube.com/watch?v=3rAE5zAqFQU&feature=iv&src_vid=ay7qIAxa3dI&annotation_id=annotation_1080745277
https://www.youtube.com/watch?v=ufiarLb_co0&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=k0qWnf5r6jc
http://www.majalahberita.com/kontroversi/kapolri-bolehkan-pengendara-langgar-lalu-lintas-asal-sudah-bayar-polisi/12749
https://www.youtube.com/watch?v=kte8SkMRYJ8
http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00082114.html
Review untuk anime Yowamushi Pedal nya saya tunda dulu dah hehehe.
Catatan: nggak jadi beli moge dah.. (-_-)" beli sepeda aja; sehat, ramah lingkungan (^-^)
Makanya saya menggali lebih dalam mengenai hal ini. Berikut ini link-link yang menarik untuk ditonton (selain lihat anime).
https://www.youtube.com/watch?v=3rAE5zAqFQU&feature=iv&src_vid=ay7qIAxa3dI&annotation_id=annotation_1080745277
https://www.youtube.com/watch?v=ufiarLb_co0&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=k0qWnf5r6jc
http://www.majalahberita.com/kontroversi/kapolri-bolehkan-pengendara-langgar-lalu-lintas-asal-sudah-bayar-polisi/12749
https://www.youtube.com/watch?v=kte8SkMRYJ8
http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00082114.html
Review untuk anime Yowamushi Pedal nya saya tunda dulu dah hehehe.
Catatan: nggak jadi beli moge dah.. (-_-)" beli sepeda aja; sehat, ramah lingkungan (^-^)
Rp 300.000,-
Diposting oleh
tutorial
06.48
Di siang yang panas. Tubuh tambun itu berlari
tergopoh-gopoh, sepertinya ia berlari sekuat tenaga. Sambil membuka satu
persatu kancing seragam coklat yang menempel di badannya. Lalu membuangnya di
pinggir jalan. Singlet putih bermandikan keringat menempel ketat seiring goyangan
badan disertai deru nafas yang tak teratur.
Ia memasuki kawasan pasar tradisional, langsung berbelok menuju daerah pasar pakaian. Dengan terburu-buru ia membeli Kopiah putih dan Baju Koko serta sarung berwarna hijau. Meninggalkan celana panjang yang dikenakan sebelumnya begitu saja. Dan langsung masuk ke Mushola pasar. Tubuhnya menggigil ketakutan.Berdiam diri disana seharian sampai hari menjelang petang.
Ia memasuki kawasan pasar tradisional, langsung berbelok menuju daerah pasar pakaian. Dengan terburu-buru ia membeli Kopiah putih dan Baju Koko serta sarung berwarna hijau. Meninggalkan celana panjang yang dikenakan sebelumnya begitu saja. Dan langsung masuk ke Mushola pasar. Tubuhnya menggigil ketakutan.Berdiam diri disana seharian sampai hari menjelang petang.
Padahal pagi hari ini Sudjono, nama lelaki tersebut baru
saja menerima uang Lima juta rupiah dari Wong Lien pemilik warung Bakso Gede,
warung bakso(makanan sejuta umat) yang paling laris di kota ini. “Tolong
dibantu” ucapnya sambil menyerahkan bungkusan amplop coklat tebal. Jaminan agar
tidak digusur patroli tramtib. Om Lien begitu orang memanggilnya. Tempat
usahanya memang menempati trotoar jalan dan sebagian taman kota yang berada di
pusat kota. Tempat yang seharusnya dilarang untuk ditempati, termasuk berjualan.
Warung itu buka dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam. Banyak orang-orang penting
dari pengusaha sampai pejabat menjadi pelanggan tetap Bakso Gede, dan sepertinya
mereka tidak mempersoalkan ataupun mempertanyakan letak strategis warung Om
Lien berada.
Siangnya terjadi sebuah tragedi berdarah. Paguyuban pedagang
kaki lima taman mengamuk. Karena mereka diperlakukan diskriminatif oleh para aparat
pemerintah. Ketika patroli razia datang, semua pedagang martabak, bakso,
gorengan, mie ayam, sup buah, pedagang kacamata bahkan asongan sampai ibu-ibu penjual
nasi gendong kena bentak diuber-uber dan beberapa lainnya yang tidak berhasil
melarikan diri kena angkut. Sementara warung Bakso Gede seakan-akan dilupakan,
hanya dilewati begitu saja. Begitu juga dengan beberapa kafe berkelas yang juga
menempati daerah larangan. Tak satupun yang diganggu gugat. Mungkin pemiliknya para pejabat yang mungkin
juga mendapat perlindungan keamanan dari aparat. Entah aparat yang mana, sebut saja oknum.
Keesokan harinya Djono tidak masuk kerja, kabarnya kejadian
kemarin menelan korban. Banyak aparat yang luka berat, koma bahkan terbunuh di
tempat. Ia mengeluarkan mobil barunya ke luar garasi. Sambil bernyanyi-nyanyi
kecil tangannya mulai bergerak menyalakan selang dan mengelap menggunakan
spoon. Sesekali mencelupkannya dengan air sabun lalu memoleskannya kembali. Tak
lama kemudian terdengar suara sepeda motor berhenti di depan rumahnya.
Dilanjutkan suara berderit geseran roda pagar. Andi masuk menuntun sepeda motor
tuanya. Djono melengok dan setelah tahu siapa yang datang, mukanya berubah
cemberut.
Setelah menyandarkan motornya Andi bergerak ke posisi
Sudjono dan salim; mencium tangan kanannya. “Ada apa?” ujar Djono dengan raut
muka yang sepertinya menduga maksud kedatangannya.
“Mau minta tiga ratus ribu Pak Lek.” Ucapnya sambil
tersenyum lebar.
“Kemarin-kan sudah?”
“Iya Pak Lek, Tapi kemarin itu buat mbayar buku paket adik.
Ucapnya masih bersemangat.
“Yang ini buat melunasi semesteran Pak Lek. Andi tidak bisa
ikut ujian semesteran kalau uang kuliah semesterannya belum lunas...
Suasana hening, sejenak Djono menghentikan aktivitasnya.
“Sebenarnya kurangnya Cuma dua ratus lima puluh ribu Pak
Lek. Kemarin sebenarnya ibu sudah ada, tapi karena beras dirumah habis, jadi
uangnya buat beli beras Rp230.000, itu harga beras yang paling murah di toko
Pak Lek. Kata yang jual saat ini sedang musim paceklik, makanya harga berasnya
naik”.
Mau minta Pak Lek Rp300.000 . jadi ada sisa Rp70.000 itu
bisa buat beli bensin Andi Pak Lek. Andi tahu kok keadaan keluarga Andi. Itu
nggak buat macem-macem, Cuma buat bensin pulang pergi kuliah saja kok Pak Lek.
Ucap pemuda itu tersenyum jujur lalu sedikit tertunduk.
“Tiga ratus ribu itu tidak sedikit lho. Ibu kamu juga pasti
tahu berapa gaji golongan bawah seperti aku. Aku bisa membeli mobil ini bukan
dari gaji, tapi dari job orderan proyek sana sini.
Saat ini tidak ada uang. Sudah tanggal tua. Suruh ibumu
berhutang dulu saja.”
“Nggak ada lagi orang yang mau meminjami Ibu uang Pak
Lek.Hutang ibu sudah terlalu banyak.” Ucapan Andi terdengar seperti menahan
sedih, raut wajahnyapun menjadi sayu.
“Bagaimana dengan pensiunan bapakmu?”
“Berapa sih uang pensiunan Bapak Pak Lek. Mana cukup untuk
kebutuhan kami berenam”.
“Kamu sudah kerumah Pak De Drajat?
“Sebelum kesini, saya ke rumah Pak De. Tapi rumahnya
sepi.Saya totok-totok tidak ada yang keluar. Mungkin sedang pergi”
Sudjono kembali mengusap-usap mobil barunya. Pikirannya
bergelanyut.
‘Mas Drajat memang terlalu. Padahal tempat kerjanya di
pengadilan itu basah beda sama aku. Mbak Komariah, Istrinya juga kerja ,
sama-sama pegawai negri. Anak pertamanya sudah kerja di BUMN dan sekarang di
tempatkan di Bali. Anak keduanya barusan tahun kemarin jadi Dokter. Dan anak
terakhirnya saat ini skripsi semester akhir. Memangnya harta itu dibawa mati?’
‘Broto juga gitu. Suka berlagak jadi orang susah. Padahal
pedagang pakaian kayak dia saja bisa menyewa los yang sebulannya Rp1.200.000,- . Nggak
mungkin bisa sewa los segitu kalau untungnya nggak banyak. Wanti-wanti mau
nyekolahin anak perempuannya yang baru saja lulus ini ke Akademi perawat. Yang
biaya pendidikannya mencapai puluhan juta rupiah. Apalagi dia masuk yang swasta...’
'Punya Mas sama adik kelakuannya sama. Masa Cuma aku yang
bantu?Padahal aku juga punya keluarga. Memang benar Rini saat ini masih kelas dua
SMU dan Roni masih kelas dua SMP. Kebangetan'.
Terdengar suara motor meninggalkan halaman rumahnya.
Djono terkesiap. Ia kesal sekaligus menyesal telah
mengecewakan anak pertama kakak perempuannya. Ia menyandang sebutan Pal Lek yang artinya Bapak Cilik, sedangkan Pak De; Bapak Gede. Selaku Pak Lek, memang sudah
seharusnya ia menjadi pengganti bapak mereka yang telah tiada.
Ia teringat masa kecil mereka yang dirundung kemiskinan.
Hidup susah, melarat. Hingga akhirnya mereka bertekad untuk keluar dari nasib
itu. Mereka berjanji agar setelah besar bisa jadi orang. Kehidupan seperti
itulah yang membuat mereka menjadi kuat dalam arti yang sebenarnya. Ia
teringat Kakak perempuannya yang
mencucikan pakaian abang dan kedua adiknya saat mereka keluar bekerja sambilan
. Saat itu Djono kecil bekerja membantu juru parkir di depan swalayan agar
mendapat upah beberapa keping logam. Mbakyu yang selalu mengayomi kedua adiknya
menggantikan ayah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan sering
sakit-sakitan.
Sejenak terlintas dalam pikiran Djono, sepertinya ada
baiknya Andi merasa prihatin. Agar bisa menjadi lelaki yang lebih kuat.
Agar tidak bergantung kepada yang lain. Biar dia mencari sendiri
jalan keluarnya.
Siangnya sepulang sekolah. Rini putri sulungnya berkata
dengan raut gembira. “Bapak nanti malam jadikan kita sekeluarga jalan-jalan ke
mall? Ingat janji bapak soal sepatu dan tas baru kemarin.
“Bapak hari ini sedang tidak enak badan. Besok Minggu pagi
saja kita berangkatnya”.
Putri tertuanya langsung manyun.
Senja itu rumah sepi . Istri Djono beserta putri sulungnya
dan putra bungsunya tetap pergi ke Mal, meskipun tanpa Djono. Djono memilih
tidur sambil menonton televisi.
Sebuah taksi berhenti di pagar depan depan rumah. Tiga orang
keluar dari sana.
Sudjono keluar membukakan pintu.
“Wah Pak tadi ada kejadian seru lho. Bapak rugi tadi tidak
ikut”. Ujar Roni putra bungsunya.
“Itu bukan seru namanya. Kasihan tahu. Orang digebukin
sampai sekarat malah dibilang seru!” timpa Sang putri sulung.
“Ada apa memangnya?” Djono penasaran.
“Tadi persis di depan Mall. Ada copet yang tertangkap dan digebukin
massa sampai babak belur. Kayaknya bakal mati deh. Ujar Istri Djono sambil meletakkan
tas belanjaan di sisi lantai. Kata orang-orang dia menjambret tas seorang ibu
yang mau naik mobil. Tapi si ibu cepat-cepat berteriak sambil menunjuk-nunjuk copet itu. Orang-orang pada tanggap, lalu gitu deh. Habis dia digebukin. Salah
sendiri milih kok jadi penjahat.
Terakhir lihat sih ada polisi yang datang dan mengangkatnya
ke mobil patroli.
“Kasihan. Rini jadi teringat Mas Andi”.
“Kok kamu sebut-sebut Andi?”
“Iya Pak, perawakan sama umurnya mrip Mas Andi. Pasti
kemiskinan yang memaksanya menjadi penjambret.
“Belum tentu dia miskin. Bisa jadi dia dari sananya memang
punya kelakuan penjahat”.Ibu Rini menimpali sambil membuka tasnya mengambil
cincin berlian yang barusan ia beli.
Makan malam keluarga mereka masih meneruskan pembicaraan seputar
kejadian Copet di Mall.
“Hukum memang tidak adil ya pak”. Rini mengawali pembicaraan
”Masa pencopet, penjambret, pencuri yang tertangkap bisa
mengalami hal yang mengerikan seperti itu. Sedangkan koruptor yang mencuri uang
rakyat milyaran rupiah aman-aman saja. Hukuman masa penjaranya sama dengan
pencuri biasa. Dua sampai empat tahun
penjara, itupun bisa dikurangi remisi”
“Makanya jadi orang yang pinter. Itulah bedanya orang pinter
dengan orang bodoh. Hukumannya berbeda. Kalian yang rajin belajarnya biar bisa
jadi orang pinter”. Ibu meneruskan.
"Berapa sih nilai uang yang dicurinya?Apa sebanding dengan gebukan yang diterimanya dari massa?" Ujar Rini.
"Berapa sih nilai uang yang dicurinya?Apa sebanding dengan gebukan yang diterimanya dari massa?" Ujar Rini.
“Kalau sampai mereka digebuki itu untuk memberi shock
terapi. Biar mereka kapok, biar yang lain tahu agar tidak berbuat hal serupa”.
“Masyarakat sekarang beringas. Di Kota besar lainnya malah
ada yang dibakar hidup-hidup.”Ibu meneruskan.
Djono tersenyum kecut, teringat kejadian kemarin ia lolos dari maut. Geli juga tubuh gemuk berlemak ini bisa juga dipaksakan lari secepat itu.
Telepon berdering. Istri Djono segera berdiri mengangkatnya.
Wajahnya berubah mengerut saat menjawabnya”.
“Dari mbakyumu, dia bertanya apa Andi ada disini. Katanya
tadi pagi dia pamit mau dolan kerumah Pak De, Pak Leknya.
Kujawab dia tidak
kesini”.
Sudjono diam.
Suyati melihat mobil patroli polisi melintas dan berbelok ke
gang rumahnya saat ia keluar dari wartel. Jantungnya berdegub kencang saat mobil itu
berhenti di depan rumahnya. Ada apa gerangan.
“Ada apa pak? Suyati menyapa seorang polisi yang berdiri di
depan mobil patroli.
“Ibu orangtuanya Andi?”
“Ada apa dengan anak saya pak?” perasaannya menjadi
ketar-ketir tidak menentu.
“Ibu ikut kami sekarang ke rumah sakit melihat Andi”.
Suyati hampir roboh. Polisi itu memapahnya masuk ke dalam
mobil patroli. Menuju rumah sakit pusat, ke ruang gawat darurat.
Di lorong rumah sakit, keadaan sunyi. Suara sepatu Polisi
yang mengantar serta Suyati berdetuk aneh mirip detak jantung manusia yang melemah.
“Klek... Klek... Klek...
Suyati mencoba menguatkan hatinya, teringat keempat anaknya
yang lain sedang menunggu di rumah. Di sana Suyati melihat Andi putra sulungnya
pingsan; terbaring tak sadarkan diri. Berlumuran darah, hidung dan mulutnya ditutupi
masker bantu pernafasan, dan kantong infus berisi darah mengalir masuk melalui
pergelangan tangannya. Ia dalam keadaan koma.
Almarhum suaminya meninggalkan Askes(Asuransi Kesehatan untuk PNS beserta keluarganya). Setidaknya itu bisa
menutup biaya kamar inap dan air infus.
Namun tidak untuk obat-obatan mahal.
Namun tidak untuk obat-obatan mahal.
"Sebaiknya ibu menghubungi kerabat ibu yang lain" Seorang
perawat menyarankannya.
Diliriknya jam dinding menunjukkan pukul dua pagi.
Diangkatnya gagang telepon, dipijitnya angka-angka itu. Lama sekali tidak ada
sahutan dari seberang sana. Ia menghubungi ketiga saudara laki-lakinya.
Berkali-kali dicobanya. Tut.. tut.. tut... hanya bunyi itu yang terdengar.
Suyati hanya bisa menangisi keadaan ini.
Sunyi...
Angin berhembus dingin melewati kamar Unit Gawat Darurat.
Saat itu Andi berangkat, meninggalkan ibunya
yang seorang janda, keempat adik-adiknya, dan bangku kuliah untuk
selama-lamanya.
Mangsa
Diposting oleh
tutorial
06.41
Sebuah mobil sport berwarna putih melenggang melintasi jalanan
kota yang dihiasi gemerlapnya lampu-lampu jalan dan berbagai neonbox toko. Di
belakang kemudi, seorang eksekutif muda bersetelan jas lengkap terlihat gelisah
mengemudi sambil melihat jam tangannya.
Apa sih maunya si Fandi ini? Berkali kali menghubungi minta
bertemu. Lebih tepatnya meneror , dengan spam telepon dan sms. Membuatku gerah
dan hanya menambah pikiran saja.
Andai kalau sampai saat ini dia masih menganggur, itu bukan
karena dia bodoh atau tidak kompeten di bidangnya. Melainkan karena minimnya
lapangan kerja akibat rusaknya roda ekonomi saat ini.
Aku berfikir positif, bisa dibilang nostalgia, memintaku
untuk menemuinya di kafe tempat kita biasa nongkrong.
Tapi untuk berjaga-jaga kalau kalau ia melakukan sesuatu
yang nekat, aku sudah menyuruh dua orang satpam kantor untuk ikut bersamaku.
Tentunya mereka akan menyamar sebagai pengunjung kafe lainnya. Hanya untuk
berjaga-jaga saja. Karena masalah ekonomi bisa membuat seseorang menjadi irasional.
Tentunya itu karena aku telah berteman lama dengannya. Makanya aku berbuat
seperti ini. Bertahun-tahun mengenalnya membuatku mengetahui sifat-sifat
jeleknya, terutama kalau dia sedang marah. Ya, dia orang yang pendendam.
Karena keadaan perusahaan yang terancam inilah aku terpaksa memberhentikannya
sebagai pegawai. Bukan karena pekerjaannya yang buruk atau kalah kompetensi
dengan pekerja lainnya. Malahan dibanding pegawai lainnya usianyalah yang
paling muda. Salah satu alasan untuk memilihnya karena biaya pesagon yang
paling efisien. Sesulit-sulitnya keadaan perusahaan kami masih dipusingkan akan
peraturan pemerintah tentang banyaknya pesangon.
Bayangkan jika kami harus mem PHK pegawai lainnya yang punya
masa kerja rata-rata lebih dari 9 tahun, bahkan ada yang sudah bekerja selama
15 tahun. Pengeluaran untuk pesangon bisa mencapai 4-6 bulan gaji untuk setiap
orangnya. Padahal perampingan pegawai membuat kami terpaksa memPHK banyak
orang. Sedangkan masa kerja dia dan beberapa pegawai baru lainnya masih dibawah
3 tahun, yang berarti kami cukup membayar pesangon 1 bulan gaji saja.
Tapi
spesial untuk dia aku memberinya 3 bulan gaji mengingat dia adalah temanku
kuliah. Kurang baik apa coba? Gara-gara itu juga aku harus menghemat berbagai
pengeluaranku. Hobiku mengunjungi berbagai tempat hiburan malam terpaksa aku kurangi
untuk sementara sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku tetap butuh
hiburan agar tetap bisa bekerja dengan baik. Belum lagi penghematan
pengeluaran-pengeluaran lain-lain ;hobiku berjudi misalnya. Benar-benar
sial!
Semoga dia juga menyadari aku juga dalam keadaan yang sulit.
Dan aku meminta pengertiannya akan hal itu.
Perjalanan menuju kafe tidak kutemui ada mobil lainnya yang
menemani mobilku. Kenapa malam ini begitu lenggang?
Itu dia cafenya sudah kelihatan. Aku membuka pintu turun
dari mobil. Kulihat GPS posisi kedua satpam pegawaiku di dekat sini. Aku
tinggal berteriak kalau terjadi sesuatu yang buruk.
Kulangkahkan kaki menuju pintu masuk. Hawa dingin menusuk
badanku yang terbalut setelan jas berwarna hitam. Aneh pakaianku ini bukan
terbuat dari bahan murahan. Diteruskan dengan bulu kudukku yang entah mengapa
tiba-tiba berdiri saat memasuki pintu kafe. Aneh, aku merasa suasana disini begitu kelam, sepi, tidak ada
pengunjung lain.
Mungkin ini juga efek jatuhnya ekonomi.
Tidak kutemui pelayan dan pegawai kafe di tempatnya. Aku
mencoba memanggil-manggil pelayan untuk memesan sesuatu sembari menunggu Fandi.
Tidak terdengar sahutan balasan.
Aku mencoba menenangkan diri untuk duduk sambil berkali-kali
melihat keluar kearah mobilku yang diparkirkan di seberang. Walaupun ini jalan
raya tapi kenapa tidak ada satupun kendaraan yang melintas? Aku menjadi gelisah
Sudah terlalu banyak kata aneh menghiasi perjalananku menuju tempat ini.
Sekali lagi aku melihat sekelilingku dan hey... kenapa
sebelumnya aku tidak menyadari ada orang disana. Dari belakang sih mirip
potongannya Fandi, apa itu dia sudah menunggu disini sebelum aku?
Aku berdiri berjalan ke sana dan menepuk bahunya.
“Fan?”
Dia perlahan memutar kepalanya ke arahku . “HAH!” aku
terkejut melihat wajah hitam tak berbentuk. Beberapa saat kemudian akupun
tertawa lepas, “Gila lu, bikin kaget aja, lepas dong itu topeng. Jijik tahu.
Kayak asli topengnya.”
Setelah kuteliti lebih detail sepertinya topeng itu menempel
lekat tanpa pembatas. Aku mulai gugup. Detak jantungku berdegup keras. Lututku
gemetar.
Aku hubungi kedua satpamku. Aneh posisi GPS mereka masih di tempat yang sama, sama sekali tidak bergerak. Posisi mereka ada di dalam ruang ini.
Aku hubungi kedua satpamku. Aneh posisi GPS mereka masih di tempat yang sama, sama sekali tidak bergerak. Posisi mereka ada di dalam ruang ini.
“Kau tak perlu repot-repot memanggil mereka. Aku sudah
membereskannya” suara makhluk itu terdengar parau.
Dia berdiri membalikkan badannya ke hadapanku.
“Selamat makan”
....
Semua terjadi begitu cepat...
Chaoz
Diposting oleh
tutorial
23.09
“Keajaiban!!!. Ini benar-benar suatu keajaiban!” Setelah
berpuluh-puluh tahun kita bersembunyi diantara orang-orang munafik, sekarang
kita bisa berdiri dengan lantangnya di tengah-tengah masyarakat Negri ini.
Keajaiban ini bernama krisis moneter, Sebuah lubang hitam yang bisa menelan
prestasi perekonomian dua dekade. Periode paling ramai, setelah berjalan selama
6 bulan berkembang semakin buruk dalam tempo yang cepat. Dampaknya terasa nyata
oleh seluruh lapisan masyarakat dalam dunia usaha.
Efek bola salju yang bergulir semakin cepat dan membesar,
bukan hanya menghancurkan ekonomi, tapi sudah berlanjut menjadi krisis sosial,
krisis kepercayaan, krisis politik dan bahkan krisis Moral. Muhahaha!”. Inilah
makanan kita.
Situasi yang lepas kendali bagaikan Layang-layang yang putus
talinya. Membawa kita menuju permukaan. Tempat kita bisa memuaskan apa yang
sebelumnya kita tahan selama ini.
Semua ini tidak lepas dari bantuan sesama kita dari segala
penjuru bumi ini. Keserakahan, manipulasi dan tentunya.. saling merespon akan keberuntungan
dimana peluang bertemu dengan kesiapan berhasil
menciptakan semua ini!.
Perusahaan-perusahaan mulai
berjatuhan, mereka yang masih bertahanpun mulai melakukan PHK besar-besaran. Harga-harga
Sandang, papan, pangan meroket dengan
cepat . Orang-orang kaya mulai tidak percaya kepada pemerintah;
berbondong-bondong mereka mengambil uangnya dari bank sebelum bank tersebut
colaps.
Hahaha, kita menang. Massa
semakin beringas, mereka menimbulkan kepanikan massa. Pengrusakan apapun fasilitas
yang mereka temui di jalan. Toko-toko di bobol , diserbu hingga tak ada barang
yang tersisa, kecuali barang rusak.
Kali ini kita tidak akan menunggu
keajaiban-keajaiban seperti ini muncul. Kitalah yang akan menciptakan
keajaiban-keajaiban berikutnya! Keajaiban yang disebut oleh para manusia
sebagai CHAOZ
Semakin menyebar, semakin membesar
Kerusuhan terjadi dari barat menuju tengah lalu ke timur...
Tunggu.. apa ini... mengapa hanya daerah ini saja yang masih
belum terpengaruh..
Ada apa disana!?
Ada apa dengan kota ini..?
Apa yang membedakannya dengan daerah lain!?
Mengapa Taji kami berangsur-angsur hilang disini!?
Hai kamu! Aku perintahkan kamu kesana, bawa beberapa anak
buah bersamamu.
Buat daerah ini sama seperti daerah lainnya
Motif Kesesatan
Diposting oleh
tutorial
14.12
Krisis moneter...
Indonesia mengalami guncangan berat. Saat sendi-sendi
ekonomi lumpuh. Diawali dari nilai krisis nilai tukar bath yang akhirnya
menjadi efek bola salju yang dengan cepatnya berkembang tidak hanya menjadi
krisis ekonomi, menyebar menjadi krisis sosial, krisis kepercayaan bahkan
krisis politik. Krisis total yang melumpuhkan seluruh sendi-sendi kehidupan. perekonomian
yang berantakan telah membuat banyak perusahaan berjatuhan. Yang masih
bertahanpun mengurangi jumlah
karyawannya secara besar-besaran. Dan
aku termasuk didalamnya.
Apa-apaan ini, kenapa aku tereliminasi? Memang benar aku
masuk ke perusahaan itu karena koneksi. Itu adalah perusahaan milik ayah teman
kuliahku. Tapi seperti itukah sikapnya kepadaku saat ini!? Setelah ia merecruitku?
Temannya sendiri? Apa yang seperti itu yang dinamakan teman? Membuang aku yang
dahulu selalu berada di sampingmu. Suka duka duka kita hadapi bersama dan
sekarang... apa seperti ini caramu memperlakukan temanmu!? Apa ini balasanmu!?
Aku yang memang sejak kecil tidak pernah hidup susah
sekarang harus berkeringat pergi kesana kemari melamar pekerjaan. Ditemani
terpaan sengatan matahari dan semburan debu jalanan. Aku tidak seharusnya
diperlakukan seperti ini. Di jalanan itu aku melihat seorang pengamen jalanan.
Kakek kakek pengemis cacat dan pemuda penjual koran. Berhenti di POM bensin
aku melihat petugas pom, lalu seorang cleaning service yang baru saja berjalan
keluar Toilet. Apa-apaan ini! Aku berbeda dengan mereka, sangat berbeda. Aku
seorang sarjana! Dan orangtuaku telah membayar mahal demi ijazah di tanganku
ini. Aku tidak bisa menyia-nyiakan jerih
kedua almarhum orangtuaku yang telah menurunkan warisan berupa biaya kuliah
hingga aku lulus.
Aku berhenti di sebuah taman kota. Disana aku keluarkan pak
rokok yang aku simpan di dalam tas. Aku ambil sebatang dan... kenapa aku tidak
menemukan korek api yang seharusnya aku simpan satu tempat dengan pak rokok.
"Sial! Sial!" Aku menghardik. Pikiranku sangat lelah dan aku butuh rokok untuk
meringankannya.
Seorang kakek-kakek berpenampilan eksentrik, (ia memakai tutup
kepala berupa iket , kacamata hitam , berkumis dan berjenggot putih lebat.
Kemeja bermotif batik yang tidak dikancingkan menampakkan kaos putih
bertuliskan Free. Berjelana panjang dan bersandal jepit) melintas , ia
menyalakan Zippo(sebuah merk korek api tahan angin) didepanku, dia pasti orang
kaya.
“Biar aku nyalakan rokokmu nak” ujarnya. Ia terlihat ramah.
“Hidup ini berat ya?” tanyanya. Aku diam tak menjawab karena
pertanyaan itu terlihat seperti menyindirku.
“Kamu bisa membuatnya menjadi mudah”.
“Kamu punya potensi, bila kamu tertarik, kapan saja kamu
boleh menemuiku” sembari memasukkan kartu namanya ke saku kemejaku. “Diperlukan
pengorbanan yang besar untuk meraih sesuatu yang besar. Namun pengorbanan tadi
bukalah sesuatu yang sulit”.
Dasar orangtua sinting, aku tidak mengerti apa
yang dikatakannya. Setelah menepuk punggungku, kakek itupun berlalu.
Sudah lebih dari setengah tahun aku belum mendapat pekerjaan.
Mertuaku semakin hari semakin
memperolokku karena hal itu. Istriku yang cantik juga semakin
tidak
menghargaiku. Suatu hari dia berbicara soal perceraian kepadaku. Apa dia
tidak
sadar kalau dirinya sekarang sedang mengandung anak kami!? Nampaknya ia
sudah
mulai melirik laki-laki lain atau teman laki-lakinya itu yang masih
mengejarnya?. Entah itu teman SMUnya ataupun teman kerjanya terdahulu.
Kuakui
aku memang memperistrinya karena kecantikannya. Bagaimanapun juga hal
itu
tetaplah cinta, tidak memerlukan banyak alasan. Aku bahkan tidak peduli
walaupun
dia bukan dari keluarga berada.. , ya dia dari keluarga miskin. Kami
bertemu
saat istriku menjadi pegawai laundry tempat aku sering melaundykan
pakaian, aku tidak punya waktu untuk mencuci pakaian, lebih tepatnya itu
bukan pekerjaan untukku. Apa mereka tidak
sadar bahwa aku telah menjunjung derajat keluarga mereka dengan
menjadikannya
istriku. Aku bahkan tidak berfikir dua kali untuk memutuskan pacarku yang berpendidikan tinggi sebagai calon Bidan saat itu juga ketika dia memintaku untuk melamarnya saat aku menembaknya untuk menjadi pacarku. Dengan alasan aku dijodohkan orangtuaku.
Seperti biasa hari ini juga nihil. Hujan turun dengan derasnya,
sederas perasaan hatiku yang kelam. Aku benar-benar putus asa. Aku mulai
berjalan menerabas hujan. Aku menjerebabkan diri ke tanah, bersujud apa yang
harus aku lakukan. Kartu nama pemberian kakek-kakek tempo hari merosot keluar
dari sakuku. Ternyata kartu namanya anti air karena terbuat dari sejenis mika.
Merosot tepat di depan aku bersujut. Kenapa tidak coba aku lakukan dari dulu,
pergi ketempatnya.
...
Sutarko seorang Ahli spiritual begitulah tertulis di
selembar kartu nama putih berbingkai mawar tersebut.
Aku terkejut alamat di kartu nama tersebut menunjuk ke
sebuah perumahan elite. Bahkan saat memasuki daerah tersebut aku juga harus
menunjukkan identitasku kepada satpam yang berjaga untuk dicatat dan baru bisa
melanjutkan perjalanan.
Terpampang di depanku sebuah rumah mewah dengan dua patung
Dwarapala di depan gerbang pagarnya. Pagar berwarna Hitam itu bergeser otomatis
seolah mengetahui aku hendak berkunjung. Halaman berupa taman yang terhampar
luas yang ditanami berbagai tanaman hias dari berbagai spesies dan berbagai
patung buto di tengah taman menghiasi perjalanan menuju Pintu utama. Rumah
megah bertingkat 3 bergaya kuno seperti arsitektur gaya kerajaan Majapahit.
Dengan Tembok bermotif batu bata merah, ada 2 payung berundak 2 berwarna kuning
di sisi kanan dan kiri pintu utama. Aku pikir pintu yang ini juga akan terbuka
secara otomatis, ternyata dugaanku salah. Seseorang lelaki muda berkaos putih dan
bercelana hitam sepanjang dengkul membukakan pintu, mungkin dia pembantu
disini.
Setelah aku dipersilahkan masuk, aku melihat banyak sekali
patung-patung karya seni sepertinya yang bagaimanapun juga diantaranya membuat
buluk kuduk merinding. Kakek itupun keluar menemuiku, kali ini tanpa mengenakan kacamata. Kakek-kakek itu membuka percakapan dengan memperkenalkan
diri sebagai guru spiritual, sudah banyak pejabat bahkan artis yang berguru
kepadanya. Dan ia tidak mau dipanggil Kakek atau pak apalagi Mbah. “Panggil
saya Eyang” lebih berkelas katanya sambil tersenyum mengelus-elus jenggotnya
yang putih panjang.
Pertama-tama beliau menyinggung soal cara mudah mendapatkan
semua yang ada dii dunia ini bila aku mau bergabung dan mengikuti dia. Dia
bahkan menyinggung soal keabadian. Sulit bagiku untuk tidak mempercayainya
begitu saja, karena begitu terlihat suatu keseriusan di wajahnya, sesuatu yang
membuat kita yang memandangnya bergetar ketakutan. Ia mengeluarkan sebuah
kertas bergambar seekor ular yang memakan ekornya sendiri; Ouroboros. Setahap
demi setahap ia mengatakan hal2 tabu yang mengerikan. Ketamakan dan konspirasi
“Dosa apa yang belum pernah kamu kerjakan?” tegasnya dengan tatapan mata setengah melotot saat
melihatku bimbang. Seakan dia tahu segala hal tentang masa laluku.
“Ya tentu saja aku akan menerimanya. Itu sama sekali bukan hal
yang sulit. Dibandingkan dengan apa yang akan aku dapatkan setelahnya”.
“Ingat meskipun banyak makanan lezat diluar sana. Sisakan
beberapa yang terlezat untuk menjadi salah satu dari kita. Kita jadikan mereka
agen-agen kita.
“Apa sudah terlintas dipikiranmu siapa tumbalmu yang
pertama?”
Aku tersenyum penuh kepuasan mengingat dia yang dulunya
mengaku sebagai temanku, sementara dialah yang membuat keadaanku seperti
sekarang. Segala kesulitan yang kuhadapi.
“Ya, Saya sudah ada Eyang”
“Bagus-bagus”...
“Oh iya siapa nama manusiamu tadi?”
“Nama saya Fandi eyang, Afandi Harassin."
Pinocchio Drama Korea
Diposting oleh
tutorial
09.15
Beberapa hari lalu saat saya sedang menservice printer di perusahaan pelanggan, saya melihat iklan drama korea ini disalah satu televisi swasta(nggak lihat detail, menengok karena mendengar sountracknya yang familiar -> karena saya baru melihatnya sampai tamat bulan sebelumnya, kalau awal lihatnya sih dah lama). Ini film yang saya rekomendasikan untuk ditonton, anda bisa melihatnya di televisi bagi yang belum ada waktu untuk download. Sedikit berbeda dengan drama-drama Korea yang sebagian besar hanya mengekspos percintaan dengan adegan2 yang seperti itu. Di drama ini hal itu tetap ada(roman, namanya juga drama korea)tapi tidak menjadi inti utama cerita.
Berkisah tentang dunia jurnalis. Di awal diceritakan kehancuran sebuah keluarga karena laporan seorang jurnalis yang membelokkan sebuah fakta(mengalihkan isu), dengan dasar opini seorang saksi yang mengidap Sindrom Pinocchio (sindrom khayal; pengidapnya bila berbohong akan cegukan dan tidak bisa berhenti begitu saja sebelum berkata jujur). Ketika seekor anjing menyalak/menggonggong, maka anjing-anjing lainnya yang ikut mendengar akan ikut menyalak/menggonggong. Padahal tugas wartawan yang sebenarnya adalah menyelidiki sebuah kebenaran.
Ha-Myeong (tokoh utama cowok yang diperankan oleh Lee Jong-Suk) kecil hidup bersama ayahnya yang seorang pemadam kebakaran, ibu dan seorang kakak hidup dalam rumah tangga yang harmonis. Ia dan kakaknya (diperanlkan oleh Yoon Gyun-Sang) dianugerahi IQ diatas rata2. Ayah mereka sangat bangga akan hal itu.
Semua lenyap saat terjadi kecelakaan kebakaran di sebuah pabrik. Keluarga mereka disorot oleh masyarakat karena laporan-laporan para jurnalis yang menyudutkan ayah mereka.
Ini salah satu kengerian sebuah pena, cara mengemas berita dapat membuat seorang pahlawan bisa menjadi penjahat dan bahkan sebaliknya seorang penjahat bisa menjadi pahlawan.
Akhirnya sang Ibu bunuh diri terjun kelaut membawa serta Ha-Myeong kecil disaat sang kakak pergi menemui jurnalis untuk membersihkan nama ayahnya.
Ha-Myeong kecil selamat dari kejadian itu dan ditemukan oleh kakeknya In-Ha(cewek yang akan menjadi tokoh utama kedua).
Beliau seseorang yang tidak menerima kematian putra sulungnya menganggap bahwa Ha-Myeong kecil adalah Choi-Dal-Po putra sulungnya yang meninggal 30 tahun yang lalu.
Ha-Myeongpun diadopsi oleh kakeknya In-Ha (diperankan oleh Byun Hee-Bong) dan berganti nama menjadi Dal-Po. In-Ha (diperankan oleh Park Shin-Hye) dan ayahnya pindah ke rumah kakek. Merekapun hidup bersama sebagai paman dan keponakan (walaupun usia mereka sama). In-Ha juga mempunyai Sindrom Pinocchio, tapi berbeda dari pengidap lainnya yang pada umumnya menutup diri dari lingkungan dan tidak banyak berbicara. Karakter utama yang satu ini justru sebaliknya begitu blak-blakan dalam berbicara sampai-sampai di lingkungan sekolahnya dia dijuluki Penyihir Blak-blakan(kalau di indonesiakan). Dalam perjalanan hidup mereka akhirnya Dal-Po mengetahui bahwa Ibunya In-Ha(diperankan oleh Jin Kyung) adalah reporter yang menghancurkan keluarganya.
Beberapa tahun kemudian mereka hidup di Seoul. In-Ha kuliah dan berharap bisa menjadi reporter seperti ibunya, sedangkan Dal-Po menjadi supir Taksi.
Lamaran In-Ha sebagai reporter di tolak ibunya sendiri yang saat ini sudah mempunyai kedudukan yang tinggi di stasiun televisi tempatnya bekerja dengan alasan pengidap Sindrom Pinocchio tidak bisa menjadi reporter (karena tidak bisa berbohong).
Dan Dal-Po yang saat itu masih menjadi supir Taksi untuk membantu ekonomi keluarga mereka memutuskan menjadi reporter setelah kejadian itu saat ia bertemu dengan Ibunya In-Ha.
Setelah melihat hal ini , saya menyesal saya tidak menjadi wartawan... ternyata film ini bisa membuat wartawan menjadi sosok yang keren. Banyak Superhero luar yang berfrofesi sebagai wartawan(Superman, Spiderman dll). Namun tidak sedikit yang mengatakan mereka(wartawan) orang yang hanya bisa mencatat dan mengambil gambar(tidak melakukan apapun) saat ada suatu kejadian. Berbeda dengan Superman dan Spiderman yang masih sempat Selfie. Hehehehe
Sunguh langkah yang unik kalau di Korea sana mereka bisa menerima seorang supir Taksi menjadi seorang reporter. Karena dulu yang saya tahu di negara kita syarat menjadi wartawan adalah S1.
Jadi bagi pembaca yang belum terlanjur masuk ke bidang lain. Hal ini bisa menjadi referensi.
"Banyak orang yang bisa menjadi reporter, tapi tidak banyak yang bisa menjadi reporter yang sebenarnya".
Berkisah tentang dunia jurnalis. Di awal diceritakan kehancuran sebuah keluarga karena laporan seorang jurnalis yang membelokkan sebuah fakta(mengalihkan isu), dengan dasar opini seorang saksi yang mengidap Sindrom Pinocchio (sindrom khayal; pengidapnya bila berbohong akan cegukan dan tidak bisa berhenti begitu saja sebelum berkata jujur). Ketika seekor anjing menyalak/menggonggong, maka anjing-anjing lainnya yang ikut mendengar akan ikut menyalak/menggonggong. Padahal tugas wartawan yang sebenarnya adalah menyelidiki sebuah kebenaran.
Ha-Myeong (tokoh utama cowok yang diperankan oleh Lee Jong-Suk) kecil hidup bersama ayahnya yang seorang pemadam kebakaran, ibu dan seorang kakak hidup dalam rumah tangga yang harmonis. Ia dan kakaknya (diperanlkan oleh Yoon Gyun-Sang) dianugerahi IQ diatas rata2. Ayah mereka sangat bangga akan hal itu.
Semua lenyap saat terjadi kecelakaan kebakaran di sebuah pabrik. Keluarga mereka disorot oleh masyarakat karena laporan-laporan para jurnalis yang menyudutkan ayah mereka.
Ini salah satu kengerian sebuah pena, cara mengemas berita dapat membuat seorang pahlawan bisa menjadi penjahat dan bahkan sebaliknya seorang penjahat bisa menjadi pahlawan.
Akhirnya sang Ibu bunuh diri terjun kelaut membawa serta Ha-Myeong kecil disaat sang kakak pergi menemui jurnalis untuk membersihkan nama ayahnya.
Ha-Myeong kecil selamat dari kejadian itu dan ditemukan oleh kakeknya In-Ha(cewek yang akan menjadi tokoh utama kedua).
Beliau seseorang yang tidak menerima kematian putra sulungnya menganggap bahwa Ha-Myeong kecil adalah Choi-Dal-Po putra sulungnya yang meninggal 30 tahun yang lalu.
Ha-Myeongpun diadopsi oleh kakeknya In-Ha (diperankan oleh Byun Hee-Bong) dan berganti nama menjadi Dal-Po. In-Ha (diperankan oleh Park Shin-Hye) dan ayahnya pindah ke rumah kakek. Merekapun hidup bersama sebagai paman dan keponakan (walaupun usia mereka sama). In-Ha juga mempunyai Sindrom Pinocchio, tapi berbeda dari pengidap lainnya yang pada umumnya menutup diri dari lingkungan dan tidak banyak berbicara. Karakter utama yang satu ini justru sebaliknya begitu blak-blakan dalam berbicara sampai-sampai di lingkungan sekolahnya dia dijuluki Penyihir Blak-blakan(kalau di indonesiakan). Dalam perjalanan hidup mereka akhirnya Dal-Po mengetahui bahwa Ibunya In-Ha(diperankan oleh Jin Kyung) adalah reporter yang menghancurkan keluarganya.
Beberapa tahun kemudian mereka hidup di Seoul. In-Ha kuliah dan berharap bisa menjadi reporter seperti ibunya, sedangkan Dal-Po menjadi supir Taksi.
Lamaran In-Ha sebagai reporter di tolak ibunya sendiri yang saat ini sudah mempunyai kedudukan yang tinggi di stasiun televisi tempatnya bekerja dengan alasan pengidap Sindrom Pinocchio tidak bisa menjadi reporter (karena tidak bisa berbohong).
Dan Dal-Po yang saat itu masih menjadi supir Taksi untuk membantu ekonomi keluarga mereka memutuskan menjadi reporter setelah kejadian itu saat ia bertemu dengan Ibunya In-Ha.
Setelah melihat hal ini , saya menyesal saya tidak menjadi wartawan... ternyata film ini bisa membuat wartawan menjadi sosok yang keren. Banyak Superhero luar yang berfrofesi sebagai wartawan(Superman, Spiderman dll). Namun tidak sedikit yang mengatakan mereka(wartawan) orang yang hanya bisa mencatat dan mengambil gambar(tidak melakukan apapun) saat ada suatu kejadian. Berbeda dengan Superman dan Spiderman yang masih sempat Selfie. Hehehehe
Sunguh langkah yang unik kalau di Korea sana mereka bisa menerima seorang supir Taksi menjadi seorang reporter. Karena dulu yang saya tahu di negara kita syarat menjadi wartawan adalah S1.
Jadi bagi pembaca yang belum terlanjur masuk ke bidang lain. Hal ini bisa menjadi referensi.
"Banyak orang yang bisa menjadi reporter, tapi tidak banyak yang bisa menjadi reporter yang sebenarnya".
Monster berbadan Tembaga
Diposting oleh
tutorial
20.51
Dalam kegelapan malam yang menyelimuti seantero kota. Dibalik
remang-remang lampu jalan. Seorang lelaki berlari terengah-engah. Tubuhnya
penuh luka. Hanya bunyi langkah-langkah lemah diiringi suara becek disebuah
gang kumuh. Malampun semakin larut.
‘Siapa dia!? Kenapa dia memburuku?’. Mimpi apa aku semalam’
‘Tiba-tiba saja dia muncul dihadapanku dan langsung
menyerangku .
‘Monster macam apa
dia?. Dengan mudahnya dia mematahkan semua seranganku. Semua peluru telah aku
muntahkan ke tubuhnya. Tapi tak satupun yang bersarang. Yang pasti dia bukan
salah satu dari kita. Nafasnya makin berat.
‘Yang penting aku sudah berhasil melarikan diri darinya”.
‘Aku hanya perlu makan sekali agar kondisi tubuhku pulih’.
Berjalan tertatih-tatih dengan kaki gemetar
Dalam kepalanya hanya ada satu kata ‘makan, makan, makan dan
makan’(well itu 4 kata(yang sama)).
‘Sebentar lagi aku sampai di keramaian dan dia takkan bisa
macam-macam denganku. Disana aku juga bisa menemukan makanan dengan mudah.’
Hahaha , ujarku sambil tertawa kecil.
“DRAP!” tiba-tiba seseorang atau sesuatu berwarna tembaga
menjatuhkan diri tepat didepanku dengan posisi tubuh membelakangi.
Mataku terbelalak, tidak percaya dengan apa yang ada
dihadapanku.
Perlahan ia berbalik , wajahnya menyerupai topeng tembaga seekor
binatang buas dengan mata menyala menyeringai hingga gigi tajamnya yang
berbaris rapi terlihat jelas. Terdapat 2 tanduk lurus yang mungil sedikit di atas dahi pada
kepalanya. Tubuh Tembaga dengan susunan armor
otot yang terlihat kokoh hanya
mengenakan secarik sarung penutup yang
diikat dibawah pinggang sebatas lutut., Kedua lengannya mengenakan kelat bahu(gelang bahu).
Aku sangat terkejut.
Badanku lemas, aku terjatuh kebelakang, terduduk tak berdaya, pantatku basah
masuk ke genangan air. Sementara dia bergerak mendekatiku dengan perlahan. “Drap,
drap, drap” Langkahnya terlihat berat.
Untuk beberapa saat
aku mematung.
“APA SALAHKU
PADAMU!”
“KENAPA KAMU MELAKUKAN INI PADAKU!” teriakku tak berdaya.
Aku banyak berkeringat dan sepertinya wajahku dan tubuhku menjadi pucat karena
ketakutan, tanganku gemetaran. Ini suatu ketakutan luar biasa yang tak pernah
kualami semenjak 15 tahun yang lalu. Aku hanya takut satu hal waktu itu... mati
kelaparan.
“Sepertinya Level 2 lebih pandai dalam hal bersembunyi dan melarikan
diri”. Ucapnya tanpa ekspresi.
“Makhluk itu berbicara!?” seperti halnya kami!? Tapi kenapa
dia!?” aku tak habis fikir. Kenapa dia menyerangku!? Berusaha membunuhku!?”.
Aku berusaha bangkit dan menyandarkan tubuhku ke tembok disamping kiriku. Aku
hirup udara dalam-dalam lalu aku keluarkan, aku berusaha mengontrol emosiku.
“Aku tidak pernah melakukan kejahatan yang berarti”
Aku hanya melakukan hukum dagang, Menimbun disaat harga sembako
murah dan menjualnya lagi saat harga tinggi. Itu saja”. Semua orang pasti
melakukannya. Setiap pedagang pasti menginginkan laba maksimal. Itu sesuatu yang wajar.
Ia masih menatapku dengan tajam.
“Aku tak habis fikir, kenapa orang sesukses dirimu melakukan
hal itu? Lupakan, tidak seharusnya aku menanyakan hal ini kepada dirimu yang
sekarang.” Ucapnya datar.
“Dan aku hanya memakan mereka yang tidak berguna, sampah
masyarakat. Tak ada seorangpun yang akan merindukan keberadaan mereka “. Aku
berusaha meyakinkannya.
Namun setelah semua kalimat yang aku katakan barusan, aku
tidak melihat adanya perubahan “aura pembunuh” pada monster di depanku ini.
Sepertinya percuma saja bernegosiasi dengannya.
“Tidak ada satupun orang yang tidak berguna” .Ia menggeram.
Aku kumpulkan tenaga dan keberanianku untuk berbalik arah, lari
secepat mungkin dari situ.
Aku takkan mungkin bisa melawannya dengan kondisiku yang
terkoyak-koyak seperti ini.
“Saat aku hendak melangkahkan kaki pertama mengambil
tindakan. Secepat kilat ia melesat ke arahku dan menebaskan tangan kirinya
secara horizontal ke arah leherku.
Lututku lemas
Lututku lemas
Aku terjatuh... menggelinding...
Tapi bisa melihat tubuhku berdiri dari sudut pandang mata kucing ...
Tapi bisa melihat tubuhku berdiri dari sudut pandang mata kucing ...
“Oh tidak! Aku tak percaya dengan yang aku lihat ini..
Sesaat kemudian tubuhku jatuh berlutut, lalu terjerembab ke
tanah dalam posisi tengkurap. Kemudian terbakar oleh sejenis api hitam.
‘Apa ini saat-saat terakhirku di dunia ini?...’
Aku belum menikmati semuanya. Tabunganku yang menggunung di
Bank, deposito yang belum aku ambil. Komplek vilaku yang belum terbangun
sempurna di atas Gunung. Aku juga belum sempat pergi ke beberapa negara tujuan
wisata.
“Tolong ampuni aku. Aku masih mempunyai anak dan istri”
ucapku sambil menangis.
.Namun sepertinya ia tidak peduli. Ia mengangkat kaki
kananya yang kokoh dan bercakar tinggi-tinggi.
”Kau telah berhenti menjadi manusia saat pertama kali kau menjual
jiwamu pada Iblis”.
Iapun menghentakkannya ke arahku.
. . .
Langganan:
Postingan (Atom)