Sebulan yang lalu suamiku masih hidup.
Masih kuat dalam ingatan, Suamiku yang suka sekali menanggap, berdialog dengan dengan putri tercinta kami. Saat gadis kecil kami yang dulunya hanya bisa mengatakan “mama papa” sekarang tumbuh besar dan dengan bibir mungilnya bercerita kepada ayahnya
“Papa tadi aku ditembak teman sekelasku.” Mata suamiku terbelalak, mulutnya tercekat , ia menunggu perkataan putri kami berikutnya, karena kami tahu betul apa salah satu arti kata tersebut.
Suamiku mengeluarkan mimik seperti tidak mengerti, menunggu penjelasan berikutnya.
“Temanku bilang dia suka sama aku Pah”. jelasnya
Aku tak bisa menahan tawaku melihat suamiku yang terlihat begitu panik mendengarnya. Ia belum bisa menerima anak gadisnya sudah beranjak remaja. Bagaimanapun juga, cepat atau lambat kami harus siap jika suatu saat nanti akan ada seorang pemuda yang menyuntingnya dan membawanya pergi dari rumah ini, sama seperti yang dulu ia lakukan kepadaku.
“Tapi umur kamu baru 13 tahun sayang” ucap suamiku salah tingkah.
“Aku tahu Pah. Makanya kutolak” ucapnya sambil tersenyum manis.
“Papa ceritain dong kisah pertemuan papa dengan mama”
Dasar anak nakal, ia tahu betul bagaimana membuat ayahnya tersenyum.
*****
Sebulan yang lalu ayahku masih hidup.
Masih hangat dalam ingatanku bagaimana wajah ayahku merona saat bercerita kisah-kisah manisnya dengan Ibu. Ayah dan Ibu sudah saling mengenal sejak SD, tepatnya saat kelas 4 SD ibuku pindah ke sekolah ayah karena kakek dipindah tugaskan ke kota ini. Kebetulan saat itu bangku di sebelah ayahkulah satu-satunya yang masih kosong. Jadilah mereka berdua bukan hanya teman sebangku, tapi juga rival sekaligus partner dalam hal pelajaran. Masih teringat saat-saat ayah dengan bangganya mengatakan hanya mereka berdua yang masih bertahan dalam seleksi perlombaan mata pelajaran tingkat Kecamatan, sementara ketiga teman sekolah mereka lainnya telah gugur melawan sekolah lain. Merekapun melanjutkan ke SMP dan SMU yang sama, Sekalipun lebih sering berbeda kelas, penempatan kelas yang berbeda justru menguntungkan bagi mereka untuk saling memberi informasi soal-soal manakah yang keluar saat ulangan. Ayah tertawa menyadari sebenarnya hal itu bisa dikatakan suatu kecurangan. Tapi mereka tetaplah rival yang selalu bersaing untuk menjadi yang teratas.
Walaupun teman-teman mereka selalu menggoda dan memasangkan mereka berdua sebagai pasangan, tapi tak pernah ada kata-kata cinta dan sejenisnya karena bagi mereka, ikatan mereka sudah melebihi masalah suka atau tidak suka. Persahabatan.
Ayah dan ibu sama-sama mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Berbeda Universitas tidak membuat ikatan mereka berkurang. Mereka masih saling menghubungi satu sama lain. Menanyakan kabar masing-masing.
Saat ayah diterima bekerja pertama kalinya di sebuah perusahaan, sore itu juga ia ke rumah ibu untuk melamarnya. Tentunya ibuku sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar hal itu. Tidak perlu proses pacaran yang lebih banyak mengarah ke lembah dosa dibanding manfaatnya. 12 tahun mereka saling mengenal, bukan waktu yang singkat. Sekalipun gaji ayah sedikit waktu itu. Ibu selalu mendukung dan membantu ayah hingga akhirnya ayah di terima di instansi negeri.
*****.
Hari ini aku masih hidup.
Aku belum siap meninggalkan dunia ini, begitu juga dengan istri dan anakku.
Saat itu aku khilaf dan kalap, aku mengambil sebongkah kayu dan memukulkannya ke arah seorang oknum karena ancamannya akan keselamatan keluargaku. Oleh mereka yang sakit hati karena perbuatan korup kerabatnya kubongkar. Membuat skenario baru untukku. Hukuman mati sebagai pelaku pembunuhan berencana. Keputusan itu di buat sudah sebulan yang lalu.
Hari ini hari terakhirku.
Ini bukanlah ajal dari tuhan, melainkan ajal dari penguasa korup negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).