Dan dengan segera, seketika itu juga saya merengek meminta Ayah membelikan cergam(cerita bergambar)yang ada dalam iklan tersebut. Hari berikutnya sore hari setelah ayah saya pulang dari kantor, beliau mengajak saya ke Gramedia untuk membeli cergam yang saya tunjukkan(Iklannya). Saya sangat girang tidak kepalang keinginan saya dikabulkan secepat itu(nunggu satu hari sih).
Di Gramedia waktu itu cergam tersebut sedang launching, iklan besar-besaran karena banyak anak seumuran saya yang ‘membaca gratis’ buku-buku yang saya maksud. Mereka duduk berkelompok, malah ada yang membaca sambil tengkurap di lantai(orangtuanya mana ya?).
Ayah sayapun menyarankan hal yang sama agar saya membacanya terlebih dahulu. Waktu itu saya pikir kan nggak seru kalau sudah tahu ceritanya. Maka saya menolak saran beliau. Ayah sayapun menyuruh saya memilih mana buku yang saya inginkan. Saya menunjuk ini itu setiap Cergam yang sampulnya berbeda tapi terbitannya sama. Semua Pah!(saya memanggil ayah saya dengan sebutan Papa) kata saya sambil tersenyum lebar penuh antusias.
...
Namun saya kecewa, ayah saya hanya membelikan tiga buah dari jumlah keseluruhan yang waktu itu sekitar 40 seri yang sempat terlihat oleh saya{hiks}
Ayah saya tidak membuang uangnya dengan membelikan cergam tersebut. Karena Cergam tersebut menceritakan sebuah kisah yang mempunyai pesan moral yang ditempatkan di halaman terakhir di bagian bawah akhir cerita. Dengan membaca kisah itu kita bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga didalamnya.
Sebagian besar cergam tersebut setiap serinya terdapat 3 buah cerita. Namun ada juga seri yang hanya berisi satu cerita. Yang saya miliki 2 diantaranya masing-masing berisi satu cerita yaitu “Kelelawar yang pengecut” dan “Anak Itik yang buruk rupa”. Setiap hari saya membacanya.
Yang membuat hati saya ngilu, miris, sedih dan menangis saat saya membaca kisah Itik yang buruk rupa(ketiga cergam lainnya biasa saja nggak pake nangis-nangis segala mbacanya). Garis besarnya masih ingat tapi agak-agak lupa soalnya ini cerita udah lama banget, bukunyapun udah nggak tahu dimana keberadaannya(padahal dulunya aku rawat baik-baik),seiring waktu banyak hal yang terjadi hingga saya lupa tentang buku itu.
Kisahnya diawali dengan kelahirannya yang secara fisik berbeda dari saudara-saudaranya; ukuran telurnya lebih besar, warna bulunya biru keunguan dan menurut saya ia tidak jelek sama sekali .
Walaupun induknya menyayanginya, ia dihina oleh binatang-binatang lain di lingkungannya, dimusuhi dan diusir oleh saudara-saudaranya, mengembara kesana-kemari, diusir petani waktu numpang tidur di rumahnya. Kedinginan saat malam bersalju di luar ruangan. Dan berbagai hal buruk menimpanya. Sampai-sampai saya ingin memungutnya, ingin saya pelihara(tapi nggak bisa soalnya Cuma gambar).
Tapi Tuhan maha adil diakhir cerita dia dipertemukan dengan tokoh baik hati(sudah lupa tokohnya apa)yang menyuruhnya pergi ke suatu tempat(kalau nggak salah). Di tempat tersebut ia bertemu kawanan Angsa nan indah. Angsa itu bilang kepada anak itik tersebut bahwa ia akan tumbuh seperti dirinya kelak menjadi Angsa rupawan. Karena ia bukanlah seekor Itik namun seekor angsa makhluk yang ia kagumi di awal cerita. Pesan ceritanya saya juga sudah lupa kata-katanya apa.
Sebagian besar dari kita pasti berharap jalur kehidupan yang lurus, biasa-biasa saja tanpa ada halangan yang berarti. Semua orang pasti ingin beruntung. Kita pasti ingin terlahir di keluarga berada yang berkecukupan, dilahirkan cerdas dan rupawan, mengenyam pendidikan, bisa kuliah di Universitas favorit, mendapat pekerjaan yang membanggakan, jatuh cinta kepada seseorang begitu juga dengannya, menikahinya, punya anak. Kehidupan yang mudah. Kehidupan yang terasa sempurna(terlalu sempurna malahan) Anda yakin apa itu yang anda inginkan?Semulus itukah?
Katakanlah anda terlahir dengan keadaan di atas. Menjadi anak raja misalnya yang kemana-mana selalu dikawal. Alkisah setelah berumur 20 tahun pertama kalinya anda terjatuh waktu mengendarai kuda. Apakah yang anda rasakan?Setelah sekian lama anda tidak pernah terluka sama sekali. Padahal itu hanya luka fisik biasa, yang teramat kecil. Bagaimana dengan luka mental semisal kekasih anda menikah dengan orang lain?(saya perjelas; ia masih hidup dan memilih orang lain daripada anda).
Jangan cengeng kalau hanya menghadapi musibah kecil. Berhentilah menjadi anak kecil yang selalu berkata Mengapa?Kenapa!?Kenapa harus Aku!!!?
Diibaratkan kita adalah pemain di atas lapangan. Semua orang pasti sekali, dua kali atau lebih pernah mengalami kejadian yang memalukan. Tidak ada pemain yang tidak pernah mengalaminya. Hanya saja para pemain kelas atas sebagai penghargaan atas usaha mereka, akan langsung berdiri kembali. Pemain menengah akan berdiri kembali setelah beberapa saat. Sedang para pecundang akan tetap berbaring di tanah.
Bersyukurlah dengan semua suka duka dalam kehidupan kita. Semua itu adalah bumbu kehidupan yang mewarnai kehidupan kita. Tanpanya kehidupan kita akan terasa hambar.
Hanya orang yang pernah mengalami kekecewaan yang akan bertambah kuat. Jadilah orang yang akan menjadi lebih kuat melalui kekalahannya (tapi jangan kalah melulu dong).
Berapa kalipun rumput terinjak ia akan tetap tumbuh dan berbunga.
Only with the suffering of life can teach the people for give respect about goodness and attractive of live. Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan kepada manusia menghargai kebaikan dan keindahan hidup.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. 2:214)
Saat anda terluka, terjatuh dan hampir putus asa, tidak ada seorangpun yang menopang maupun mengulurkan tangan. Bantulah diri anda sendiri, klik disini
Dibalik kesulitan terdapat kemudahan. Selalu ada tujuan dibalik ujian-Nya.
Bukankah Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hambanya?.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).