"Pernikahan yang dibeli dengan harta, akan dijual ketika harta jualnya lebih menguntungkan."
"Pernikahan demi kecantikan atau ketampanan semata, tak ubahnya yang dibeli karena berandanya saja."
"Pernikahan adalah gerbang bagi suami istri menapaki titian kehidupan baru yang sarat kebahagiaan atau kesengsaraan atas kehendak berdua."
"Jangan membangun rumah di atas sebidang tanah, tapi bangunlah di atas pernikahan."
Berbahagialah Anda, jika istri yang akan & telah menjadi milik Anda, bisa menjadi kekasih hati dan teman hidup, buah hati yang luka, setia dan pembangkit semangat, ratu kecantikan yang melebihi khayalan, lebih tahu tentang diri Anda daripada Anda sendiri, cintanya tak pernah pupus dan pudar, qudwah hasanah bagi putra-putrinya, pencetak generasi rabbani yang diimpikan."Pernikahan demi kecantikan atau ketampanan semata, tak ubahnya yang dibeli karena berandanya saja."
"Pernikahan adalah gerbang bagi suami istri menapaki titian kehidupan baru yang sarat kebahagiaan atau kesengsaraan atas kehendak berdua."
"Jangan membangun rumah di atas sebidang tanah, tapi bangunlah di atas pernikahan."
Juga selamat kepada Anda, jika suami yang akan & telah menikahi Anda adalah sosok saleh, memandang diri Anda dengan pandangan cerah penuh harapan, menyelami sanubari sebelum menyelami penampilan.
Kalimat-kalimat diatas adalah sinopsis dari sebuah buku yang pernah saya baca(Sinopsisnya). Judulnya kalau nggak salah :Untukmu Yang Akan Menikah & Telah Menikah (Bagi yang sudah beli bukunya, aku pinjam ya).
Pernikahan adalah salah satu dari tiga rahasia Ilahi selain kelahiran dan kematian. Alangkah bahagianya bila kita bisa hidup dengan orang yang kita cintai. Bisa membentuk keluarga yang sakinah, maradah, warohmah. Bahu membahu menjalani berbagai suka duka kehidupan bersamanya.
“Pernikahan karena cinta adalah untuk selamanya”
Namun terkadang kita belum juga menemukan belahan jiwa kita, tulang rusuk kita. Sampai-sampai teman kita berkata “Kamu sih terlalu selektif. Sudah, jangan pilih-pilih”.
“Jangan pilih-pilih gimana!?, kita ini bukan mencari tukang kebun yang hanya dengan persyaratan bisa motong rumput sudah bisa langsung diterima”.
Yang kita cari seorang perempuan untuk dijadikan istri, kontrak seumur hidup kita. Seorang wanita yang bisa mengingatkan kita saat kita berbuat salah, seseorang yang dapat menentramkan jiwa, pikiran & hati kita.
Pada saat seseorang memutuskan untuk menikah dengan si I dan bukan dengan si U, ia sudah melakukan pilihan, begitu juga pada saat seseorang memutuskan untuk menikah dengan orang yang memiliki iman yang sama, itupun juga merupakan proses memilih. Jadi siapa bilang jangan pilih-pilih.
Kita tidak ingin seperti si fulan-kan yang baru beberapa bulan menikah sudah bilang "aku tidak bahagia dengan pernikahanku"(Wah gampang banget ngomong gitu!).
Mungkin ada juga kerabat kita yang bilang "jangan lama-lama, nanti keburu kiamat". Wadoh, siapa juga yang mau lama-lama. Kalau bisa malah secepatnya(Lebih cepat lebih baik). Kalaupun akhirnya kiamat itu datangnya sebelum kita menikah Insya Allah kita akan dipertemukan dengan bidadari di Surga (amin...ya robbil alamin).
"udah buruan married, jangan ngejar karir terus"
Lho… siapa yang ngejar karir?, kita ngejar gajinya (gubrak)
Banyak orang bilang(terutama calon mertua)”Belum mapan, udah mau nikah!”.
Kalau nunggu benar-benar mapan kelamaan(pengertian mapan sepertinya: gaji minimal dua kali UMR,punya mobil, punya rumah, punya sawah, Sapi, Kambing dan berbagai hewan ternak lainnya).
Bisa-bisa nggak nikah-nikah coz manusia nggak pernah merasa cukup. Kebutuhan semakin bertambah. Dalam pernikahan, jangan menjadikan uang sebagai orientasi.
Berpikirlah positif, seorang istri yang akan kita pilih kelak pastilah mau memulai segalanya dari awal, mau mengikuti kita di kala senang dan susah.
Didiklah mereka agar mengerti makna hidup tidaklah langsung dimulai dengan kesenangan, justru kenikmatan akan hadir ketika semua rintangan dilalui berdua.
Menikah memang butuh dana, setidaknya kita punya uang buat bayar penghulu, buat beli Aqua dan jajan pasar untuk tamu yang datang.
Jodoh kita adalah cerminan dari kita. Lelaki baik-baik untuk wanita baik-baik. Begitu juga sebaliknya. Jika kita ingin pasangan yang berkualitas, maka kualitaskan diri kita.
Bila ada orang yang bertanya "Kapan nikah?" maka jawablah:"Aku masih mencari seseorang yang beruntung bakal mendapatkanku" tunjukkan dengan senyum kita yang paling menawan, dan dengan kepibadian kita yang menyenangkan akan membuat si penanya sadar bahwa kita tetaplah harus mencari calon pasangan yang baik lahir dan batin, seseorang yang bisa diandalkan dan dibanggakan.
karena kitapun punya kualitas yang sama. Hanya karena masih single, bukan berarti nggak laku.
"Pantaskah aku untuk dia?". Lha ini nih salah satu sikap pesimis. Harusnya pertanyaannya dibalik menjadi jawaban "Aku pantas buat dia, aku lelaki baik-baik, pria yang bertanggungjawab (ganteng lagi). Soal rezeki itu bisa dicari berdua"
(Ya nggak?).
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).